Di penghujung tahun 2019 sudah banyak cerita yang kita lalui. Senang, bahagia, duka, dan sedih sudah kita lewati. Pro dan kontra selalu menyertai perjalanan hidup kita masing-masing . Terbukti kita adalah manusia yang mampu menjalani tiap proses yang dijalani.
Bukan tentang perayaan yang selalu gegap gempita. Tetapi ini tentang perjalanan hidup yang kita jalani. Sudah sampai mana kita saat ini. Sudah puaskah kita dengan diri sendiri. Atau apa hal yang harus kita perbaiki kedepannya. Artinya ini adalah tentang diri kita.
Hidup yang kita jalani ini sudah bermanfaatkah untuk orang lain. Jika sudah maka hal itu perlu kita pertahankan. Namun, jika belum maka segera kita perbaiki. Karena hal terbaik dari diri manusia adalah bermanfaat bagi orang lain.
Manusia yang bisa bermanfaat untuk orang lain ia akan kekal. Kebaikannya yang kita tanam akan membuahkan hasil yang tiada henti. Sekalipun kita tidak lagi di dunia ini. Dalam hal ini agama menyebutkan istilah tersebut sebagai manusia yang berumur panjang.
Disini agama menekankan umur panjang adalah kualitas diri manusia. Diri yang berkualitas akan memberikan efek yang baik kepada sesama manusia. Artinya kebaikan yang kita lakukan akan terus mengalir kepada siapa pun.
Sudah jadi hal harus kita lakukan setiap saat yakni memperbaiki diri. Baik secara horizontal maupun secara vertikal. Sehingga nantinya kesinambungan hidup akan berjalan dengan baik. Dengan demikian nantinya kita akan menemukan esensi hidup yang sesungguhnya.
Jadikan momen tahun baru sebagai alat memperbaiki kualitas diri. Baik kualitas secara horizontal maupun kualitas secara vertikal .
Selasa, 31 Desember 2019
Senin, 23 Desember 2019
Saudara Nonmuslim Silakan Nikmati Dengan Penuh Sukacita
Hampir setiap tahun hal ini selalu di bahas dikalangan masyarakat kita. Pembahasan atau perdebatan perihal ucapan selamat hari raya kepada agama lain. Pro dan kontra sudah pasti bermunculan. Ada yang mengatakan boleh. Ada pula yang mengatakan tidak boleh.
Penulis sendiri tidak berani mengatakan apakah ini boleh atau tidak. Karena ini menyangkut keagamaan yang sangat sensitif. Adapun yang ingin penulis sampaikan ialah kita berhak memilih. Karena kita sebagai hamba Allah sudah dibekali akal dan hati. Masing-masing dari kita berhak menentukan dan memilih tanpa ada tekanan dari siapa pun.
Ulama ini mengatakan boleh. Ulama yang lain mengatakan tidak boleh. Nah jika ada perbedaan seperti itu kita selaku muslim diperkenankan untuk memilih. Karena perbedaan itu sengaja Allah ciptakan agar kita saling mengenal, menghargai, dan memahami. Sebagai negara dengan berbagai macam perbedaan indonesia layak menjadi contoh. Contoh untuk dunia dan menegaskan bahwa perbedaan bukanlah masalah.
Kembali ke pembahasan ucapan hari raya. Penulis mengajak kita semua untuk sama-sama saling menghargai. Maksudnya apa? Maksudnya adalah membebaskan orang untuk menikmati pilihan nya tanpa harus mendiskriminasikannya. Jika sebagian dari kita berpendapat bahwa hal tersebut boleh ya silakan saja. Begitu pun sebaliknya, jika ada yang berpendapat bahwa hal tersebut tidak boleh ya silakan itu tidak masalah.
Hal yang perlu digarisbawahi adalah kedewasaan kita menerima pendapat dan opini orang lain. Serta menyadari bahwa kita hidup bersama -sama. Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha dan Konghucu hidup berdampingan di tengah -tengah masyarakat Indonesia. Jadi sudah sewajarnya kita bisa menghargai itu semua.
Sebagai seorang muslim sudah selayaknya kita menebar kebaikan dan kedamaian. Karena Islam sendiri adalah agama yang cinta kebaikan dam kedamaian. Serta tidak melegalkan kekerasan dalam penyampaiannya.
Penulis ingin menyampaikan buat saudara nonmuslim. Silakan kalian menikmati hari -hari Raya sesuai dengan keyakinan masing-masing. Kalau penulis tidak mengucapkan bukan berarti penulis benci dengan kalian. Kita memang berbeda dari segi keyakinannya. Tapi kita sama dari segi kecintaan terhadap kebaikan dan kedamaian. Kita sama -sama cinta kebaikan dan menyukai kedamaian. Maka dari itu, fokuslah pada persamaan yang menyatukan. Bukan pada perbedaan yang saling menjauhkan.
Sekian
Salam kebaikan dan perdamaian....
Penulis sendiri tidak berani mengatakan apakah ini boleh atau tidak. Karena ini menyangkut keagamaan yang sangat sensitif. Adapun yang ingin penulis sampaikan ialah kita berhak memilih. Karena kita sebagai hamba Allah sudah dibekali akal dan hati. Masing-masing dari kita berhak menentukan dan memilih tanpa ada tekanan dari siapa pun.
Ulama ini mengatakan boleh. Ulama yang lain mengatakan tidak boleh. Nah jika ada perbedaan seperti itu kita selaku muslim diperkenankan untuk memilih. Karena perbedaan itu sengaja Allah ciptakan agar kita saling mengenal, menghargai, dan memahami. Sebagai negara dengan berbagai macam perbedaan indonesia layak menjadi contoh. Contoh untuk dunia dan menegaskan bahwa perbedaan bukanlah masalah.
Kembali ke pembahasan ucapan hari raya. Penulis mengajak kita semua untuk sama-sama saling menghargai. Maksudnya apa? Maksudnya adalah membebaskan orang untuk menikmati pilihan nya tanpa harus mendiskriminasikannya. Jika sebagian dari kita berpendapat bahwa hal tersebut boleh ya silakan saja. Begitu pun sebaliknya, jika ada yang berpendapat bahwa hal tersebut tidak boleh ya silakan itu tidak masalah.
Hal yang perlu digarisbawahi adalah kedewasaan kita menerima pendapat dan opini orang lain. Serta menyadari bahwa kita hidup bersama -sama. Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha dan Konghucu hidup berdampingan di tengah -tengah masyarakat Indonesia. Jadi sudah sewajarnya kita bisa menghargai itu semua.
Sebagai seorang muslim sudah selayaknya kita menebar kebaikan dan kedamaian. Karena Islam sendiri adalah agama yang cinta kebaikan dam kedamaian. Serta tidak melegalkan kekerasan dalam penyampaiannya.
Penulis ingin menyampaikan buat saudara nonmuslim. Silakan kalian menikmati hari -hari Raya sesuai dengan keyakinan masing-masing. Kalau penulis tidak mengucapkan bukan berarti penulis benci dengan kalian. Kita memang berbeda dari segi keyakinannya. Tapi kita sama dari segi kecintaan terhadap kebaikan dan kedamaian. Kita sama -sama cinta kebaikan dan menyukai kedamaian. Maka dari itu, fokuslah pada persamaan yang menyatukan. Bukan pada perbedaan yang saling menjauhkan.
Sekian
Salam kebaikan dan perdamaian....
Sabtu, 21 Desember 2019
Biasa ! Ikut-ikutan
Banyak diantara kita yang tidak sadar. Tidak sadar dari sebuah kekeliruan. Tanpa kita sadari perbuatan tersebut terus kita lakukan. Bahkan terus bertambah dan meningkat.
Bila kita balik ke masa lampau. Saat masih kecil kita selalu berimajinasi. Membayangkan bahwa diri kita adalah seorang pahlawan hebat. Super Hero yang memiliki kekuatan super. Itu semua kita lakukan karena kita mengikuti tanyangan favorit. Ya film Power Ranger menjadi film favorit kita saat masih kecil.
Melakukan sesuatu berdasarkan apa yang kita lihat memang tidak salah. Apalagi hal tersebut adalah sesuatu yang kita sukai. Ya sah-sah aja. Namun hal tersebut bisa saja salah jika kita tidak berhati-hati.
Budaya ikut-ikutan sudah sejak lama kita lakukan. Hal ini berlaku juga untuk penulis. Tanpa kita sadari sebagian dari apa yang kita lakukan bersumber dari " ikut-ikutan". Apa yang sedang trend kita ikuti . Mulai dari pakaian, musik, challenge, dan lain sebagainya kita ikuti. Bukan bermaksud untuk menggurui. Tetapi sudah selayaknya kita harus memilih dan memilah. Mana yang harus kita ikuti dan mana yang tidak pantas untuk diikuti.
Sebut saja Budaya barat, budaya Cina, atau bahkan budaya Korea. Poros trend yang sedang naik daun. Ketiga nya tidak akan jadi masalah jika kita pandai dalam memilih dan memilah. Mana yang baik dan mana yang tidak baik. Penilaian itu kita sendiri yang melakukan nya. Tanpa mendiskriminasikan penilaian orang lain.
Ya semua budaya sah-sah saja kita ikuti. Ambil baiknya buang buruknya. Jangan sampai kita menjadi kaum yang doyan ikut-ikutan. Gak berpikir sebelum bertindak. Selama itu keren ikutin aja. Ya intinya jangan jadi manusia yang pasrah.
Kita sama-sama punya tubuh yang sudah Tuhan ciptakan dengan sempurna. Tentu sempurna di mata Tuhan Yang Maha Esa. Pikiran dan hati yang kita miliki sudah selayaknya kita gunakan dengan bijak. Ikut-ikutan gak salah. Boleh-boleh saja kita ikuti. Tapi, jika apa yang kita ikuti itu buruk lebih baik jangan diikuti.
Oleh karena itu, kita perlu berprinsip dalam mengarungi kehidupan. Bahasa sederhana nya harus punya konsep dan komitmen. Itu perlu, karena dengan begitu kita tidak akan jadi manusia yang pasrah. Tapi akan menjadi manusia yang tidak tergoyahkan oleh goncangan sebesar apapun. Prinsip hidup sama seperti akar pohon. Semakin dalam, maka kekuatan nya akan bertambah dan tak akan tergoyahkan.
Senin, 16 Desember 2019
Satu per Satu
Tiap dari kita memerlukan tahapan untuk mencapai sesuatu. Sebuah perjalanan pun membutuhkan waktu untuk sampai ke tempat yang dituju. Tak ada sesuatu yang diraih dengan sekejap mata. Semua butuh proses. Ada tahapan yang harus dilalui. Seorang bayi yang baru lahir pun tidak langsung bisa berbicara dan berjalan. Butuh waktu beberapa bulan untuk bisa berbicara dan berjalan. Bahkan si bayi harus jatuh bangun agar dapat berjalan. Dari hal tersebut kita bisa ambil hikmahnya. Bahwa semua hal di dunia ini membutuhkan proses.
Contoh lainnya, makanan yang kita konsumsi tidak serta merta langsung menjadi kotoran. Untuk menjadi kotoran harus melewati proses pencernaan. Ya dua contoh tersebut bisa menjadi rujukan kita untuk melalui semua dengan proses yang baik.
Mau pintar ya belajar, Mau jago nyanyi ya berlatih, Mau jadi penulis ya rajin membaca dan menulis, Mau kurus ya diet, dan sebagainya. Jadi yang perlu kita pahami adalah belajar untuk mencintai proses. Belajar bersabar melewati tahap demi tahap perjalanan hidup.
Sesuatu yang didapat dengan cara instan akan mudah hilang dan lenyap. Tetapi jika sesuatu itu kita raih dengan rantaian proses yang panjang maka hasil yang didapat pun akan bertahan lama. Jangan berpikir tentang hasil. Tetapi berpikirlah untuk terus berusaha. Seperti yang pernah disampaikan oleh para guru bahwa "Usaha tidak akan pernah menghianati hasil". Jadi berusaha dan berproseslah untuk mencapai sesuatu. Buat dapetin jodoh aja perlu usaha(hehehe).
Jadi, poin terpentingnya adalah cintai dan hargailah proses yang sedang kita jalani. Karena dengan mencinta proses maka kita sedang belajar tentang arti syukur yang sebenarnya. Tuhan pun berjanji "Barang siapa yang mensyukuri nikmatKu maka akan Ku limpahkan rejeki yang berlipat ganda. Oleh karena itu, jadilah manusia yang terus berusaha, beryukur dan tetap rendah hati.
Contoh lainnya, makanan yang kita konsumsi tidak serta merta langsung menjadi kotoran. Untuk menjadi kotoran harus melewati proses pencernaan. Ya dua contoh tersebut bisa menjadi rujukan kita untuk melalui semua dengan proses yang baik.
Mau pintar ya belajar, Mau jago nyanyi ya berlatih, Mau jadi penulis ya rajin membaca dan menulis, Mau kurus ya diet, dan sebagainya. Jadi yang perlu kita pahami adalah belajar untuk mencintai proses. Belajar bersabar melewati tahap demi tahap perjalanan hidup.
Sesuatu yang didapat dengan cara instan akan mudah hilang dan lenyap. Tetapi jika sesuatu itu kita raih dengan rantaian proses yang panjang maka hasil yang didapat pun akan bertahan lama. Jangan berpikir tentang hasil. Tetapi berpikirlah untuk terus berusaha. Seperti yang pernah disampaikan oleh para guru bahwa "Usaha tidak akan pernah menghianati hasil". Jadi berusaha dan berproseslah untuk mencapai sesuatu. Buat dapetin jodoh aja perlu usaha(hehehe).
Jadi, poin terpentingnya adalah cintai dan hargailah proses yang sedang kita jalani. Karena dengan mencinta proses maka kita sedang belajar tentang arti syukur yang sebenarnya. Tuhan pun berjanji "Barang siapa yang mensyukuri nikmatKu maka akan Ku limpahkan rejeki yang berlipat ganda. Oleh karena itu, jadilah manusia yang terus berusaha, beryukur dan tetap rendah hati.
Selasa, 10 Desember 2019
Itu Pilihan
Sebagai negara dengan berbagai macam budaya dan etnis tak membuat negara ini terpecah belah. Justru persatuan dan persaudaraan terbentuk di negeri ini. Semua saling menghargai dan menghormati segala perbedaan yang ada. tak memandang suku dan agama semua perdampingan menebar senyuman.
Sudah terlalu jenuh kita berkutat pada masalah yang seharusnya tidak menjadi masalah. Hal-hal sepele terlalu dibesar-besarkan. seakan tidak ada hal yang lebih penting untuk di bahas.
Baru saja kita lepas dari pertarungan politik antara cebong dan kampret. mungkin masih menyisakan bekas sampai saat ini. Namun tidak seintens dulu saat pilpres berlangsung.
Kedewasaan tak mengenal usia. Banyak dari kita yang hanya memahami dewasa itu perihal umur. Padahal makna nya jauh dari itu. Dewasa sebenarnya adalah cara kita bersikap dan berpikir. Semakin baik bersikap dan berpikir,maka semakin dewasa kita sebagai manusia.
Hidup ini selalu menyediakan pilihan. Setiap dari kita pasti dihadapkan pada sebuah pilihan. Pilihan ini atau itu, Iya atau tidak, suka atau benci, dan sebagainya. Penentu pilihan nya adalah kita bukan orang lain. Orang lain hanya berperan sebagai pemberi saran.
Terkadang kita salah dalam mengambil posisi. Jatah yang seharusnya menjadi milik orang lain kita ambil. Sedangkan jatah yang kita punya malah kita abaikan.
Kembali kepada pembahasan perihal kedewasaan. Orang yang dewasa tidak hanya dilihat dari usia dan kondisi fisik. Tetapi dilihat dari cara ia berpikir dan bersikap. Semakin dewasa dalam berpikir dan bersikap maka toleransi yang ia miliki akan semakin tinggi pula. Tidak menjadi orang yang idealis. Apa-apa harus sesuai dengan apa yang ia mau. Justru malah akan semakin terbuka pikirannya untuk menerima semua perbedaan yang ada.
Atlet nasional Bambang Pamungkas pernah memberikan sebuah kutipan yang lebih kurang seperti ini " Tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa adalah sebuah pilihan". Ya kutipan yang sederhana namun bermakna. Memberi pemahaman bahwa dewasa itu bukan tentang umur semata. Tetapi lagi-lagi tentang cara kita bersikap dan berpikir.
Pilihan itu selalu ada dan akan terus menghampiri. Ketika kita sudah memilih pilihan tersebut maka nikmatilah. Jangan malah "ngedumel" tanpa maksud jelas. Karena dengan kita menikmati pilihan tersebut, artinya kita sudah mampu mensyukuri jalan hidup yang kita pilih.
Baik atau buruk itu relatif. Masing-masing dari kita punya penilaian tersendiri. Beda penilaian itu lumrah terjadi. Tetapi saling menghargai dan menghormati rasanya masih kurang dipahami oleh sebagian dari kita. Semua itu pilihan. Setuju atau tidaknya semua ada di tangan kita masing-masing. Jadi baik pilihan dan jadi jahat pun pilihan. Dengan demikian, dewasalah dalam berpikir dan bersikap karena semuanya akan kembali ke diri kita masing-masing.
Sudah terlalu jenuh kita berkutat pada masalah yang seharusnya tidak menjadi masalah. Hal-hal sepele terlalu dibesar-besarkan. seakan tidak ada hal yang lebih penting untuk di bahas.
Baru saja kita lepas dari pertarungan politik antara cebong dan kampret. mungkin masih menyisakan bekas sampai saat ini. Namun tidak seintens dulu saat pilpres berlangsung.
Kedewasaan tak mengenal usia. Banyak dari kita yang hanya memahami dewasa itu perihal umur. Padahal makna nya jauh dari itu. Dewasa sebenarnya adalah cara kita bersikap dan berpikir. Semakin baik bersikap dan berpikir,maka semakin dewasa kita sebagai manusia.
Hidup ini selalu menyediakan pilihan. Setiap dari kita pasti dihadapkan pada sebuah pilihan. Pilihan ini atau itu, Iya atau tidak, suka atau benci, dan sebagainya. Penentu pilihan nya adalah kita bukan orang lain. Orang lain hanya berperan sebagai pemberi saran.
Terkadang kita salah dalam mengambil posisi. Jatah yang seharusnya menjadi milik orang lain kita ambil. Sedangkan jatah yang kita punya malah kita abaikan.
Kembali kepada pembahasan perihal kedewasaan. Orang yang dewasa tidak hanya dilihat dari usia dan kondisi fisik. Tetapi dilihat dari cara ia berpikir dan bersikap. Semakin dewasa dalam berpikir dan bersikap maka toleransi yang ia miliki akan semakin tinggi pula. Tidak menjadi orang yang idealis. Apa-apa harus sesuai dengan apa yang ia mau. Justru malah akan semakin terbuka pikirannya untuk menerima semua perbedaan yang ada.
Atlet nasional Bambang Pamungkas pernah memberikan sebuah kutipan yang lebih kurang seperti ini " Tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa adalah sebuah pilihan". Ya kutipan yang sederhana namun bermakna. Memberi pemahaman bahwa dewasa itu bukan tentang umur semata. Tetapi lagi-lagi tentang cara kita bersikap dan berpikir.
Pilihan itu selalu ada dan akan terus menghampiri. Ketika kita sudah memilih pilihan tersebut maka nikmatilah. Jangan malah "ngedumel" tanpa maksud jelas. Karena dengan kita menikmati pilihan tersebut, artinya kita sudah mampu mensyukuri jalan hidup yang kita pilih.
Baik atau buruk itu relatif. Masing-masing dari kita punya penilaian tersendiri. Beda penilaian itu lumrah terjadi. Tetapi saling menghargai dan menghormati rasanya masih kurang dipahami oleh sebagian dari kita. Semua itu pilihan. Setuju atau tidaknya semua ada di tangan kita masing-masing. Jadi baik pilihan dan jadi jahat pun pilihan. Dengan demikian, dewasalah dalam berpikir dan bersikap karena semuanya akan kembali ke diri kita masing-masing.
Sabtu, 07 Desember 2019
Pikiran Kotor Muncul
Pernah sesekali dalam benak kita tersirat sebuah pikiran kotor. Pikiran yang datang tiba-tiba. Tanpa memandang situasi dan kondisi. Semua orang pasti pernah mengalami nya. Tapi yang membedakan hanyalah seberapa kuat kita menahan atau bahkan menghindari pikiran kotor tersebut.
Pikiran kotor muncul tanpa maksud yang jelas. Tapi biasa nya pikiran itu akan mudah muncul ketika kita dalam situasi tertekan. Situasi ketika jalan pikiran kita sedang terhambat faktor eksternal. Seperti tekanan tugas, waktu, ekonomi dan lain sebagainya. Ya tekanan-tekanan dari luar sangat berpengaruh terhadap diri seseorang.
Jika digambarkan seperti ini. Banyak maling yang tertangkap. ketika ditanya mengapa anda mencuri? Ya jawabannya tidak akan jauh dari faktor ekonomi. Rata rata pelaku akan jawab demikian. Sama halnya yang terjadi ketika seorang siswa kedapatan menyontek. Ya jawabannya juga tidak akan jauh dari "takut nilainya jelek.
Kembali lagi ke pembahasan tentang pikiran kotor. Sudah kita ketahui bersama bahwa manusia itu kadang bisa seperti malaikat kadang bisa seperti setan. Itu semua bergantung pada kadar iman dan nafsu seseorang . Ada kalanya iman itu naik maka manusia tersebut bisa berperilaku selembut malaikat. Ada kalanya pula nafsu itu naik maka yang akan terjadi manusia tersebut dapat berperilaku seperti setan.
Adapun kejadian kejadian kriminalitas yang sering terjadi bisa dijadikan indikator bahwa pikiran kotor masih menguasai diri kita. Iman atau pikiran sehat tak kuat menahan tekanan nafsu yang terus menekan. Sehingga yang terjadi adalah munculnya tindakan-tindakan di luar nilai dan norma yang berlaku.
Contoh sederhana lainnyanya. Misal ada orang yang sedang jalan tiba-tiba ditengah jalan ia melihat ada dompet. Kondisi dompet tersebut masih mulus dan isi nya cukup tebal. Nah melihat kondisi seperti itu maka pertarungan antara iman dan nafsu berlangsung. Kata si iman "udah jangan diambil itu hak orang, lebih baik kembali saja ke pemiliknya". Kemudian si nafsu coba merayu "lah gausah banyak mikir ambil aja lumayan duit nya".
Penggalan cerita tersebut hanya ingin menggambarkan bahwa iman dan nafsu selalu berdampingan. Saling bersaing satu sama lain. Semua orang pasti mengalami kondisi seperti itu.
Dominasi siapa yang akan menguasai bergantung pada diri kita masing-masing. Toh nantinya yang akan menerima hasil nya adalah diri kita masing-masing juga. Tapi yang jelas kita berhak memilih pilihan yang tersedia. Jika layak ambilah. Namun jika tidak layak ya tinggal buang saja.
Hidup ini selalu dihadapkan pada 2 pilihan. Iya atau tidak. Jika suka silakan katakan iya jika tidak suka tinggal bilang tidak. Andai kata ada yang tidak terima. Ya sah sah saja. Kita hidup berdemokrasi jadi biasakan untuk menerima semua tanggapan yang melayang kepada diri kita.
Pikiran kotor selalu menghampiri manusia. Sekalipun ia orang alim pasti ada saja sekelumit pikiran kotor yang muncul tiba-tiba.
Jadi, setiap dari kita pasti pernah suuzon. Terealisasikan atau tidak semua kembali ke diri masing masing. Jika ingin terhindar,maka dekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Semakin tebal iman semakin kuat pula pikiran positif menguasai diri. Semoga kita selalu berpikiran positif.
Sekian.,...
Pikiran kotor muncul tanpa maksud yang jelas. Tapi biasa nya pikiran itu akan mudah muncul ketika kita dalam situasi tertekan. Situasi ketika jalan pikiran kita sedang terhambat faktor eksternal. Seperti tekanan tugas, waktu, ekonomi dan lain sebagainya. Ya tekanan-tekanan dari luar sangat berpengaruh terhadap diri seseorang.
Jika digambarkan seperti ini. Banyak maling yang tertangkap. ketika ditanya mengapa anda mencuri? Ya jawabannya tidak akan jauh dari faktor ekonomi. Rata rata pelaku akan jawab demikian. Sama halnya yang terjadi ketika seorang siswa kedapatan menyontek. Ya jawabannya juga tidak akan jauh dari "takut nilainya jelek.
Kembali lagi ke pembahasan tentang pikiran kotor. Sudah kita ketahui bersama bahwa manusia itu kadang bisa seperti malaikat kadang bisa seperti setan. Itu semua bergantung pada kadar iman dan nafsu seseorang . Ada kalanya iman itu naik maka manusia tersebut bisa berperilaku selembut malaikat. Ada kalanya pula nafsu itu naik maka yang akan terjadi manusia tersebut dapat berperilaku seperti setan.
Adapun kejadian kejadian kriminalitas yang sering terjadi bisa dijadikan indikator bahwa pikiran kotor masih menguasai diri kita. Iman atau pikiran sehat tak kuat menahan tekanan nafsu yang terus menekan. Sehingga yang terjadi adalah munculnya tindakan-tindakan di luar nilai dan norma yang berlaku.
Contoh sederhana lainnyanya. Misal ada orang yang sedang jalan tiba-tiba ditengah jalan ia melihat ada dompet. Kondisi dompet tersebut masih mulus dan isi nya cukup tebal. Nah melihat kondisi seperti itu maka pertarungan antara iman dan nafsu berlangsung. Kata si iman "udah jangan diambil itu hak orang, lebih baik kembali saja ke pemiliknya". Kemudian si nafsu coba merayu "lah gausah banyak mikir ambil aja lumayan duit nya".
Penggalan cerita tersebut hanya ingin menggambarkan bahwa iman dan nafsu selalu berdampingan. Saling bersaing satu sama lain. Semua orang pasti mengalami kondisi seperti itu.
Dominasi siapa yang akan menguasai bergantung pada diri kita masing-masing. Toh nantinya yang akan menerima hasil nya adalah diri kita masing-masing juga. Tapi yang jelas kita berhak memilih pilihan yang tersedia. Jika layak ambilah. Namun jika tidak layak ya tinggal buang saja.
Hidup ini selalu dihadapkan pada 2 pilihan. Iya atau tidak. Jika suka silakan katakan iya jika tidak suka tinggal bilang tidak. Andai kata ada yang tidak terima. Ya sah sah saja. Kita hidup berdemokrasi jadi biasakan untuk menerima semua tanggapan yang melayang kepada diri kita.
Pikiran kotor selalu menghampiri manusia. Sekalipun ia orang alim pasti ada saja sekelumit pikiran kotor yang muncul tiba-tiba.
Jadi, setiap dari kita pasti pernah suuzon. Terealisasikan atau tidak semua kembali ke diri masing masing. Jika ingin terhindar,maka dekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Semakin tebal iman semakin kuat pula pikiran positif menguasai diri. Semoga kita selalu berpikiran positif.
Sekian.,...
Kamis, 05 Desember 2019
Belum Tentu Sempurna
Sebuah kalimat yang sarat akan makna. Sebagian dari kita pasti pernah membaca atau mendengarnya. "Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna". Kalimat yang bisa dijadikan bahan renungan buat kita sebagai hamba Tuhan. Menandai bahwa dunia yang fana ini tak ada manusia yang sempurna. Semua pernah salah, semua punya dosa. Jadi sebagai sesama pendosa jangan saling menghakimi. Lebih baik sama-sama intropeksi diri.
Seorang Kiai ternama Jawa Timur pernah mengatakan dalam sebuah pengajian "Sebenarnya kita ini sama-sama pendosa, tetapi berbeda cara dalam berbuat dosa". Sebuah kalimat menusuk kepada kita yang sok suci. Kita yang sibuk ngurusin dosa orang lain tapi lupa sama dosa sendiri. Inilah yang harus sama-sama kita benahi.
Seorang pemimpin bisa saja berbuat dosa dengan cara korupsi. Seorang dokter juga bisa berbuat dosa dengan cara memberikan harga tinggi tiap kali pasien berobat. TNI dan Polri pun sama bisa saja berbuat dosa dengan cara memanfaatkan jabatannya untuk meraup keuntungan. Seorang karyawan pun bisa berbuat dosa dengan cara memainkan data perusahaan demi ambisinya menjadi orang kaya. Seorang guru pun sama bisa berbuat dosa dengan cara memanfaatkan murid-muridnya sebagai ladang bisnis yang tak semestinya. Begitu pun dengan profesi-profesi yang lain. Semua bergantung pada jalan mana yang kita pilih.
Tidak ada maksud untuk menjatuhkan semua profesi. Ini hanya keresahan penulis terhadap kondisi sosial yang ada. Banyak orang yang menyibukkan dirinya untuk ngurusin urusan orang lain. mulai dari penghasilannya, keluargnya, rumah dan hartanya serta masih banyak lagi. Hal yang gak penting pun terkadang jadi pembahasan yang gak berujung. Jika dibiarkan maka yang akan terjadi adalah toleransi dan sikap hormat dikalangan masyarakat akan hilang.
Belajarlah untuk tidak menjadi orang yang munafik. Mengatakan ini tidak boleh, tetapi ia sendiri melakukan hal tersebut. Apa yang disampaikan dengan apa yang dilakukan saling bertolak belakang. Bahaya karakter ini jika terus dibiarkan. Tidak usah buru-buru menghilangkannya. Perubahan perlu tahapan dan proses.
Ubahlah hal tersebuat dari diri sendiri. Tak usah risaukan orang lain. Fokuslah pada perbaikan diri kita masing-masing. Kalau pun kita tidak punya andil besar terhadap negara, setidaknya kita tidak menjadi beban untuk negara."Orang baik bukanlah orang yang mengaku dirinya baik. Tetapi orang baik adalah orang yang mengakui dan menyadari bahwa diri nya salah. Kemudian berusaha melakukan kebaikkan dengan cara yang baik untuk mendapatkan hasil yang terbaik". Begitulah sepenggal ceramah KH Anwar Zahid dalam sebuah pengajian. Jadi jelas sudah, kita sebagai manusia belum tentu sempurna dibandingkan dengan orang lain.. Tidak usah urus dosa orang lain, uruslah dosa kita masing-masing.
Tugas kita hanya mengingatkan bukan memaksa orang untuk mengikuti apa yang kita percayai. Ibarat bebek dan ayam. Bebek memaksa ayam untuk berenang. Tetapi yang terjadi malah bebek membahayakan ayam karena ayam tenggelam disungai.
Sekian semoga bermanfaat...
Seorang Kiai ternama Jawa Timur pernah mengatakan dalam sebuah pengajian "Sebenarnya kita ini sama-sama pendosa, tetapi berbeda cara dalam berbuat dosa". Sebuah kalimat menusuk kepada kita yang sok suci. Kita yang sibuk ngurusin dosa orang lain tapi lupa sama dosa sendiri. Inilah yang harus sama-sama kita benahi.
Seorang pemimpin bisa saja berbuat dosa dengan cara korupsi. Seorang dokter juga bisa berbuat dosa dengan cara memberikan harga tinggi tiap kali pasien berobat. TNI dan Polri pun sama bisa saja berbuat dosa dengan cara memanfaatkan jabatannya untuk meraup keuntungan. Seorang karyawan pun bisa berbuat dosa dengan cara memainkan data perusahaan demi ambisinya menjadi orang kaya. Seorang guru pun sama bisa berbuat dosa dengan cara memanfaatkan murid-muridnya sebagai ladang bisnis yang tak semestinya. Begitu pun dengan profesi-profesi yang lain. Semua bergantung pada jalan mana yang kita pilih.
Tidak ada maksud untuk menjatuhkan semua profesi. Ini hanya keresahan penulis terhadap kondisi sosial yang ada. Banyak orang yang menyibukkan dirinya untuk ngurusin urusan orang lain. mulai dari penghasilannya, keluargnya, rumah dan hartanya serta masih banyak lagi. Hal yang gak penting pun terkadang jadi pembahasan yang gak berujung. Jika dibiarkan maka yang akan terjadi adalah toleransi dan sikap hormat dikalangan masyarakat akan hilang.
Belajarlah untuk tidak menjadi orang yang munafik. Mengatakan ini tidak boleh, tetapi ia sendiri melakukan hal tersebut. Apa yang disampaikan dengan apa yang dilakukan saling bertolak belakang. Bahaya karakter ini jika terus dibiarkan. Tidak usah buru-buru menghilangkannya. Perubahan perlu tahapan dan proses.
Ubahlah hal tersebuat dari diri sendiri. Tak usah risaukan orang lain. Fokuslah pada perbaikan diri kita masing-masing. Kalau pun kita tidak punya andil besar terhadap negara, setidaknya kita tidak menjadi beban untuk negara."Orang baik bukanlah orang yang mengaku dirinya baik. Tetapi orang baik adalah orang yang mengakui dan menyadari bahwa diri nya salah. Kemudian berusaha melakukan kebaikkan dengan cara yang baik untuk mendapatkan hasil yang terbaik". Begitulah sepenggal ceramah KH Anwar Zahid dalam sebuah pengajian. Jadi jelas sudah, kita sebagai manusia belum tentu sempurna dibandingkan dengan orang lain.. Tidak usah urus dosa orang lain, uruslah dosa kita masing-masing.
Tugas kita hanya mengingatkan bukan memaksa orang untuk mengikuti apa yang kita percayai. Ibarat bebek dan ayam. Bebek memaksa ayam untuk berenang. Tetapi yang terjadi malah bebek membahayakan ayam karena ayam tenggelam disungai.
Sekian semoga bermanfaat...
Sabtu, 30 November 2019
Semua Ada Resikonya
Banyak diantara kita melihat beberapa profesi itu mudah. Pendapat yang keliru dan perlu dibenarkan. Karena hal ini berkaitan dengan hak dan keterampilan seseorang. Menyamaratakan bahwa profesi ini mudah, profesi itu gampang merupakan pemikiran yang sempit.
Coba sama-sama kita telaah lagi. Kemudian kita semua meyakini bahwa masing-masing individu punya kelebihan dan kekurangan. Termasuk diri kita sendiri.
Kadang kita menganggap bahwa "ah jadi artis mah gampang", "ah jadi polisi mah gampang", "ah jadi karyawan mah enak kerja sedikit gajinya banyak", "ah jadi guru mah gampang banget", dan masih banyak lagi. Anggapan-anggapan seperti itu lah yang akan merusak keberagaman. Menyamaratakan profesi dengan menganggap bahwa hal tersebut mudah/gampang merupakan pemikiran yang salah dan sempit.
Hal tersebut jika dianalogikan ibarat orang biasa yang melihat orang kaya. Orang biasa hanya melihat harta yang dimiliki orang kaya tetapi tidak melihat usaha yang dilakukan oleh orang tersebut. Nah dari analogi ini hal yang bisa kita ambil adalah jangan berpikir dari satu sudut pandang tetapi berpikirlah dari sudut pandang yang luas.
Artis yang kehidupan nya bergelimang harta butuh usaha untuk mendapatkan hasil nya. Dari satu stasiun televisi ke stasiun televisi lainnya dalam satu hari bisa jadi hal yang amat berat dilakukan. Menjaga ketertiban lalu lintas dari pagi sampai petang bukanlah hal yang bisa disepelekan. Bayangkan saja polisi harus menghadapi ratusan orang dengan berbagai karakter. Sungguh itu tugas yang berat.
Produktivitas kerja menjadi tuntutan seorang karyawan. Kerja dan aturan yang monoton terkadang membuat sebagian dari kita bosan. Hal itu lah yang ditemui oleh semua karyawan yang bekerja setiap hari dengan tuntutan dan aturan yang sama. Konsistensi menjadi kunci kerja karyawan.
Mengajar dan mendidik bukanlah hal yang mudah. Mengontrol dan membimbing siswa dengan berbagai macam karakter menjadi tanggung jawab seorang guru. Menjaga agar siswa nya kelak bisa menjadi anak yang berguna merupakan tuntutan bagi guru .
Gambaran-gambaran tentang berbagai macam profesi tersebut kita jadikan wawasan tambahan. Tidak menganggap semua profesi itu gampang. Semua punya resiko masing-masing. Bahkan kehidupan yang kita jalani pun punya resiko yang besar. Ubah mainset tentang hal tersebut dengan cara berpikir luas. Perbanyak kerabat, teman, dan sahabat karena hal tersebut bisa membuka pandangan kita tentang kehidupan. Kemudian menyadari bahwa kita tidak hidup sendiri. Terkadang kita butuh bantuan orang lain. Terkadang pula orang lain butuh bantuan kita. Luaskanlah pandangan kita tentang cakrawala kehidupan, karena hidup ini luas seluas mata memandang.
Sekian....
Coba sama-sama kita telaah lagi. Kemudian kita semua meyakini bahwa masing-masing individu punya kelebihan dan kekurangan. Termasuk diri kita sendiri.
Kadang kita menganggap bahwa "ah jadi artis mah gampang", "ah jadi polisi mah gampang", "ah jadi karyawan mah enak kerja sedikit gajinya banyak", "ah jadi guru mah gampang banget", dan masih banyak lagi. Anggapan-anggapan seperti itu lah yang akan merusak keberagaman. Menyamaratakan profesi dengan menganggap bahwa hal tersebut mudah/gampang merupakan pemikiran yang salah dan sempit.
Hal tersebut jika dianalogikan ibarat orang biasa yang melihat orang kaya. Orang biasa hanya melihat harta yang dimiliki orang kaya tetapi tidak melihat usaha yang dilakukan oleh orang tersebut. Nah dari analogi ini hal yang bisa kita ambil adalah jangan berpikir dari satu sudut pandang tetapi berpikirlah dari sudut pandang yang luas.
Artis yang kehidupan nya bergelimang harta butuh usaha untuk mendapatkan hasil nya. Dari satu stasiun televisi ke stasiun televisi lainnya dalam satu hari bisa jadi hal yang amat berat dilakukan. Menjaga ketertiban lalu lintas dari pagi sampai petang bukanlah hal yang bisa disepelekan. Bayangkan saja polisi harus menghadapi ratusan orang dengan berbagai karakter. Sungguh itu tugas yang berat.
Produktivitas kerja menjadi tuntutan seorang karyawan. Kerja dan aturan yang monoton terkadang membuat sebagian dari kita bosan. Hal itu lah yang ditemui oleh semua karyawan yang bekerja setiap hari dengan tuntutan dan aturan yang sama. Konsistensi menjadi kunci kerja karyawan.
Mengajar dan mendidik bukanlah hal yang mudah. Mengontrol dan membimbing siswa dengan berbagai macam karakter menjadi tanggung jawab seorang guru. Menjaga agar siswa nya kelak bisa menjadi anak yang berguna merupakan tuntutan bagi guru .
Gambaran-gambaran tentang berbagai macam profesi tersebut kita jadikan wawasan tambahan. Tidak menganggap semua profesi itu gampang. Semua punya resiko masing-masing. Bahkan kehidupan yang kita jalani pun punya resiko yang besar. Ubah mainset tentang hal tersebut dengan cara berpikir luas. Perbanyak kerabat, teman, dan sahabat karena hal tersebut bisa membuka pandangan kita tentang kehidupan. Kemudian menyadari bahwa kita tidak hidup sendiri. Terkadang kita butuh bantuan orang lain. Terkadang pula orang lain butuh bantuan kita. Luaskanlah pandangan kita tentang cakrawala kehidupan, karena hidup ini luas seluas mata memandang.
Sekian....
Selasa, 26 November 2019
Bukan Orang Lain
Beberapa hari terakhir kita mendengar beberapa kabar tentang kematian artis. Baik artis lokal maupun mancanegara. Menjadi sebuah keanehan bagi orang. Artis yang dinobatkan sebagai orang dengan gemerlap harta yang melimpah harus mengakhiri hidupnya dengan tragis. Banyak dari mereka memutuskan bunuh diri tanpa sebab yang jelas.
Padahal segala yang mereka inginkan sudah terpenuhi. Harta,popularitas, dan segala nya sudah ada digenggaman mereka. Barang-barang ternama, mahal, dan limited edition bisa didapatkan dengan mudah. Tak memikirkan berapa uang yang sudah dikeluarkan, toh nyatanya nanti mereka akan dapat lagi. Apapun yang mereka lakukan selalu jadi bahan perbincangan orang-orang. Busana yang dikenakan pun bisa jadi trend yang diikuti penggemarnya. Ya jelas mereka akan menjadi perhatian khalayak ramai.
Gemerlapnya harta, tahta, dan popularitas ternyata tak membuat hidup mereka terjamin. Tekanan media massa, cemoohan penggemar, dan padatnya jadwal menjadi faktor utama munculnya depresi. Tak dapat dimungkiri depresi menjadi salah satu penyebab utama orang bunuh diri. Depresi tak hanya muncul ketika seseorang dalam keadaan lemah/kekurangan. Ternyata kekayaan yang menekan juga dapat membuat seseorang depresi. Coba kita lihat artis mati karena bunuh diri. Rata-rata mereka semua sedang naik daun. Digandrungi banyak penggemar dan fans fanatik.
Dari beberapa kematian artis yang tragis. Kita sama-sama ambil hikmahnya. Harta, tahta, dan popularitas tak menjamin kehidupan seseorang. Tak menjamin pula kebahagiaan dan kesedihaan seseorang. Kehidupan yang kita miliki sepenuhnya menjadi tanggung jawab kita. Kebahagian tidak bisa diukur dari banyaknya harta, tahta, dan popularitas. Begitu pun sebaliknya Kesengsaraan juga tidak bisa diukur dari banyaknya harta, tahta, dan popularitas. Semua punya tingkatan masing-masing.
Sebagai orang yang percaya akan adanya Tuhan. Sudah selayaknya kita mengembalikan itu semua kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menyadari dan mengimani bahwa dunia ini hanyalah sandiwara semata. Bisa menjadi kunci kita terhindar dari depresi yang berakhir dengan bunuh diri. Bentuk sederhananya adalah pandai-pandailah beryukur dan rendah hati. Layaknya padi, semakin berisi semakin menunduk. Filosofi yang sepatutnya kita gunakan dalam menjalani kehidupan yang fana ini.
Tulisan ini hanyalah asumsi penulis semata. Kalau masing-masing dari kita punya pandangan yang berbeda ya silakan. Lagi-lagi buruk dan baiknya kehidupan yang kita jalani semua ada di tangan kita. Kitalah yang menentukan sendiri. Bahagia dan sedih tak bisa diukur dari satu sudut pandang. Tetapi bahagia dan sedih punya cara nya masing-masing. Bagaimana caranya? Kita lah yang menentukan caranya.
sekian.........
Padahal segala yang mereka inginkan sudah terpenuhi. Harta,popularitas, dan segala nya sudah ada digenggaman mereka. Barang-barang ternama, mahal, dan limited edition bisa didapatkan dengan mudah. Tak memikirkan berapa uang yang sudah dikeluarkan, toh nyatanya nanti mereka akan dapat lagi. Apapun yang mereka lakukan selalu jadi bahan perbincangan orang-orang. Busana yang dikenakan pun bisa jadi trend yang diikuti penggemarnya. Ya jelas mereka akan menjadi perhatian khalayak ramai.
Gemerlapnya harta, tahta, dan popularitas ternyata tak membuat hidup mereka terjamin. Tekanan media massa, cemoohan penggemar, dan padatnya jadwal menjadi faktor utama munculnya depresi. Tak dapat dimungkiri depresi menjadi salah satu penyebab utama orang bunuh diri. Depresi tak hanya muncul ketika seseorang dalam keadaan lemah/kekurangan. Ternyata kekayaan yang menekan juga dapat membuat seseorang depresi. Coba kita lihat artis mati karena bunuh diri. Rata-rata mereka semua sedang naik daun. Digandrungi banyak penggemar dan fans fanatik.
Dari beberapa kematian artis yang tragis. Kita sama-sama ambil hikmahnya. Harta, tahta, dan popularitas tak menjamin kehidupan seseorang. Tak menjamin pula kebahagiaan dan kesedihaan seseorang. Kehidupan yang kita miliki sepenuhnya menjadi tanggung jawab kita. Kebahagian tidak bisa diukur dari banyaknya harta, tahta, dan popularitas. Begitu pun sebaliknya Kesengsaraan juga tidak bisa diukur dari banyaknya harta, tahta, dan popularitas. Semua punya tingkatan masing-masing.
Sebagai orang yang percaya akan adanya Tuhan. Sudah selayaknya kita mengembalikan itu semua kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menyadari dan mengimani bahwa dunia ini hanyalah sandiwara semata. Bisa menjadi kunci kita terhindar dari depresi yang berakhir dengan bunuh diri. Bentuk sederhananya adalah pandai-pandailah beryukur dan rendah hati. Layaknya padi, semakin berisi semakin menunduk. Filosofi yang sepatutnya kita gunakan dalam menjalani kehidupan yang fana ini.
Tulisan ini hanyalah asumsi penulis semata. Kalau masing-masing dari kita punya pandangan yang berbeda ya silakan. Lagi-lagi buruk dan baiknya kehidupan yang kita jalani semua ada di tangan kita. Kitalah yang menentukan sendiri. Bahagia dan sedih tak bisa diukur dari satu sudut pandang. Tetapi bahagia dan sedih punya cara nya masing-masing. Bagaimana caranya? Kita lah yang menentukan caranya.
sekian.........
Minggu, 24 November 2019
Katanya Guru Tapi Gak Dianggap
Setiap tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Hari yang dijadikan sebagai bentuk apresiasi terhadap dedikasi dan perjuangan guru se-Indonesia. Hari yang penuh sejarah dan hikmah yang bisa kita ambil. Memaknai arti guru dengan hikmat. Serta siswa dapat merenungkan semua kesalahan yang pernah dilakukan.
Perlu disadari bahwa Guru bukanlah manusia yang sempurna. Gak semua ucapan dan tingkah lakunya bisa di gugu dan ditiru. Sebagai siswa seharusnya kita bisa melihat dan memilah mana yang layak dan mana yang tidak layak untuk ditiru. Sejatinya guru juga orang awam. Hanya saja ia ditakdirkan untuk mengajar dan mendidik murid-muridnya.
Sudah 74 tahun memperingati hari guru. Tetapi sampai sekarang masih banyak guru yang belum bisa merdeka. Banyak guru yang terjebak dan terkendala finansial. Sehingga guru tidak bisa memaksimalkan semua potensi yang dimilikinya. Terlebih di era seperti saat ini guru justru mengalami tindakan diskriminatif. Baik dari murid nya atau dari aturan kurikulum yang berbelit.
Banyak murid yang tidak lagi mengormati dan menghargai guru nya. Hal tersebut bisa dilihat dari ucapan dan tingkah lakunya. Murid tak lagi dapat membedakan cara berkomunikasi dengan guru dan teman. Sehingga menciptakan kesan yang semena-mena. Kesan yang jauh dari nilai dan norma yang berlaku. Kata kasar dan tak santun seperti hal yang biasa buat mereka. Bahkan menjadi hal yang biasa dan wajar dilakukan.
Penurunan kualitas karakter inilah yang menjadi tugas berat guru di era milenial ini. Guru harus cerdas dalam menerapkan konsep sehingga bisa diterima oleh semua siswa. Mengorelasikan akademik dan karakter demi terwujudnya siswa yang berkarakter. Ya tugas dan tanggung jawab yang besar bagi seorang guru. Maka wajar saja bila guru dinobatkan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Karena dengan semua pengorbanan terkadang guru harus mengenyampingkan urusan pribadinya. Tak jarang banyak guru yang mengorbankan waktu bersama keluarga demi mengajar dan mendidik murid-muridnya.
Hal tersebut perlu diketahui oleh murid dan wali murid. Sehingga nantinya tidak ada kesalahpahaman. Guru dan wali murid dapat bekerjasama mengajar dan mendidik anak. Dengan cara tersebut maka tidak akan ada lagi jarak antara guru dan wali murid. Wali murid harus memberi kepercayaan sepenuhnya kepada guru. Jangan malah memberikan statement yang menjatuhkan kinerja guru. Guru melakukan ini salah. Guru melakukan itu salah. Berikan kesempatan dan kepercayaan pada guru untuk membenahi semua nya. Semua butuh usaha dan proses yang gak gampang.
Jadi, di Hari Guru nanti yuk kita jadikan momen bermawas diri. Berikan yang terbaik yang kita bisa. Sekurang-kurangnya berilah guru ucapan terima kasih atas semua ilmu dan dedikasi nya selama ini. Tanpa guru kita tidak bisa apa-apa. Tanpa guru kita bukan siapa-siapa. Berikan apresiasi yang tinggi kepada mereka yang telah berjasa dalam hidup kita. Maafkan semua kesalahan mereka dan doakan yang terbaik buat mereka. "Guru kau adalah manusia pilihan yang ditakdirkan Tuhan untuk memberi ilmu tentang semua hal yang tidak kami tahu, terima kasih atas semua ilmu dan dedikasimu sehingga kami bisa mengenal dan menguasai dunia".
Selamat Hari Guru Nasional untuk semua Guru se-Indonesia.
Perlu disadari bahwa Guru bukanlah manusia yang sempurna. Gak semua ucapan dan tingkah lakunya bisa di gugu dan ditiru. Sebagai siswa seharusnya kita bisa melihat dan memilah mana yang layak dan mana yang tidak layak untuk ditiru. Sejatinya guru juga orang awam. Hanya saja ia ditakdirkan untuk mengajar dan mendidik murid-muridnya.
Sudah 74 tahun memperingati hari guru. Tetapi sampai sekarang masih banyak guru yang belum bisa merdeka. Banyak guru yang terjebak dan terkendala finansial. Sehingga guru tidak bisa memaksimalkan semua potensi yang dimilikinya. Terlebih di era seperti saat ini guru justru mengalami tindakan diskriminatif. Baik dari murid nya atau dari aturan kurikulum yang berbelit.
Banyak murid yang tidak lagi mengormati dan menghargai guru nya. Hal tersebut bisa dilihat dari ucapan dan tingkah lakunya. Murid tak lagi dapat membedakan cara berkomunikasi dengan guru dan teman. Sehingga menciptakan kesan yang semena-mena. Kesan yang jauh dari nilai dan norma yang berlaku. Kata kasar dan tak santun seperti hal yang biasa buat mereka. Bahkan menjadi hal yang biasa dan wajar dilakukan.
Penurunan kualitas karakter inilah yang menjadi tugas berat guru di era milenial ini. Guru harus cerdas dalam menerapkan konsep sehingga bisa diterima oleh semua siswa. Mengorelasikan akademik dan karakter demi terwujudnya siswa yang berkarakter. Ya tugas dan tanggung jawab yang besar bagi seorang guru. Maka wajar saja bila guru dinobatkan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Karena dengan semua pengorbanan terkadang guru harus mengenyampingkan urusan pribadinya. Tak jarang banyak guru yang mengorbankan waktu bersama keluarga demi mengajar dan mendidik murid-muridnya.
Hal tersebut perlu diketahui oleh murid dan wali murid. Sehingga nantinya tidak ada kesalahpahaman. Guru dan wali murid dapat bekerjasama mengajar dan mendidik anak. Dengan cara tersebut maka tidak akan ada lagi jarak antara guru dan wali murid. Wali murid harus memberi kepercayaan sepenuhnya kepada guru. Jangan malah memberikan statement yang menjatuhkan kinerja guru. Guru melakukan ini salah. Guru melakukan itu salah. Berikan kesempatan dan kepercayaan pada guru untuk membenahi semua nya. Semua butuh usaha dan proses yang gak gampang.
Jadi, di Hari Guru nanti yuk kita jadikan momen bermawas diri. Berikan yang terbaik yang kita bisa. Sekurang-kurangnya berilah guru ucapan terima kasih atas semua ilmu dan dedikasi nya selama ini. Tanpa guru kita tidak bisa apa-apa. Tanpa guru kita bukan siapa-siapa. Berikan apresiasi yang tinggi kepada mereka yang telah berjasa dalam hidup kita. Maafkan semua kesalahan mereka dan doakan yang terbaik buat mereka. "Guru kau adalah manusia pilihan yang ditakdirkan Tuhan untuk memberi ilmu tentang semua hal yang tidak kami tahu, terima kasih atas semua ilmu dan dedikasimu sehingga kami bisa mengenal dan menguasai dunia".
Selamat Hari Guru Nasional untuk semua Guru se-Indonesia.
Jumat, 22 November 2019
Terus Positif
Perlu diketahui bahwa pikiran dan hati kita adalah pengontrol semua aktivitas diri. Keduanya saling berkontribusi mengelola organ tubuh. Otak/pikiran mengatur semua aktivitas organ tubuh manusia. Sedangkan hati mengontrol aktivitas batiniah kita. Ketika keduanya tidak dalam kondisi yang baik maka ketidakstabilan akan melanda manusia. Mungkin akan stres, sakit, jenuh dsb.
Tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan terus berpikir dan berperilaku positif. Sulit dijelaskan bagaimana meneorikan apa itu positif, yang jelas positif ialah hal-hal yang baik. Baik dari apa yang kita rasakan maupun kita lakukan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa positif adalah sebuah pikiran dan perilaku yang baik. Meskipun baik itu sendiri masih bersifat relatif.
Menggiring sesuatu dari yang buruk ke yang baik itu sulit. Butuh konsistensi dalam menjalankannya. atau dalam bahasa agamanya butuh keistiqomahan. Kadang lebih baik melakukan daripada tidak melakukannya sama sekali. Bangsa ini juga dulu punya kebiasaan yang bisa dibilang sadis dan kanibal. Sejarag ingkung merupakan bukti bahwa sesuatu yang buruk bisa diubah kearah yang baik. Dulu ingkung merupakan sajian makanan yang dibuat dengan menggunakan manusia sebagai bahan utamanya. Digunakan sebagai sesajen dalam sebuah ritual. Ketika walisongo mulai menyebarkan dakwahnya pelan-pelan semua itu bisa diubah. Ingkung yang tadinya menggunakan manusia sebagai bahan utamanya. Oleh walisongo diganti dengan daging ayam. Dan sampai sekarang Tradisi ngingkung masih dipertahankan sebagian suku jawa.
Sejarah singkat tersebut menjadi bukti bahwa perubahan bisa dilakukan dengan cara yang baik. Mengubah kemudaratan menjadi sesuatu hal yang jauh lebih berfaedah nyatanya bisa kita lakukan.
Pikirkan yang baik-baik dan lakukanlah yang baik-baik. Sebagian dari kita terkadang mengatakan perubahan diri manusia sebagai sebuah keanehan. Ada teman kita yang mau bertaubat di bilang "ah lu sok alim". Ada teman yang mau pake busana syariah di bilang "sok suci lu". Ya jadi semuanya dibilang aneh dan ga pantas. Tetapi yang perlu kita lakukan dengan situasi seperti itu adalah diam. Anggap semua itu bagian dari usaha untuk menjadi yang lebih baik. Anggap itu ujian bahwa kita benar-benar ingin berpikiran dan berperilaku baik.
Sudah positiflah dalam semua aspek. Ga semua yang kita nilai buruk itu buruk untuk orang lain. Misal kita beranggap bahwa kotoran ayam merupakan hal yang menjijikkan. Tetapi bagi pengusaha pupuk kompos kotoran ayam adalah rejeki yang menguntungkan. Semua bergantung dari cara kita memandang. Selama pikiran dan hati kita berorientasi pada hal yang positif. insha Allah yang kita dapatkan itu hal yang positif juga. Jadi, teruslah positif thingking (berpikir positif) terhadap setiap hal yang ada didunia ini. Dunia ini akan baik kepada manusia yang mau berbuat baik. Begitupun sebaliknya dunia ini akan buruk kepada manusia yang berbuat buruk. Syukurilah yang ada dan berhusnuzonlah kepada setiap orang. Dengan demikian, kita dapat memaknai kehidupan yang penuh anugerah ini.
Selesai....
Tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan terus berpikir dan berperilaku positif. Sulit dijelaskan bagaimana meneorikan apa itu positif, yang jelas positif ialah hal-hal yang baik. Baik dari apa yang kita rasakan maupun kita lakukan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa positif adalah sebuah pikiran dan perilaku yang baik. Meskipun baik itu sendiri masih bersifat relatif.
Menggiring sesuatu dari yang buruk ke yang baik itu sulit. Butuh konsistensi dalam menjalankannya. atau dalam bahasa agamanya butuh keistiqomahan. Kadang lebih baik melakukan daripada tidak melakukannya sama sekali. Bangsa ini juga dulu punya kebiasaan yang bisa dibilang sadis dan kanibal. Sejarag ingkung merupakan bukti bahwa sesuatu yang buruk bisa diubah kearah yang baik. Dulu ingkung merupakan sajian makanan yang dibuat dengan menggunakan manusia sebagai bahan utamanya. Digunakan sebagai sesajen dalam sebuah ritual. Ketika walisongo mulai menyebarkan dakwahnya pelan-pelan semua itu bisa diubah. Ingkung yang tadinya menggunakan manusia sebagai bahan utamanya. Oleh walisongo diganti dengan daging ayam. Dan sampai sekarang Tradisi ngingkung masih dipertahankan sebagian suku jawa.
Sejarah singkat tersebut menjadi bukti bahwa perubahan bisa dilakukan dengan cara yang baik. Mengubah kemudaratan menjadi sesuatu hal yang jauh lebih berfaedah nyatanya bisa kita lakukan.
Pikirkan yang baik-baik dan lakukanlah yang baik-baik. Sebagian dari kita terkadang mengatakan perubahan diri manusia sebagai sebuah keanehan. Ada teman kita yang mau bertaubat di bilang "ah lu sok alim". Ada teman yang mau pake busana syariah di bilang "sok suci lu". Ya jadi semuanya dibilang aneh dan ga pantas. Tetapi yang perlu kita lakukan dengan situasi seperti itu adalah diam. Anggap semua itu bagian dari usaha untuk menjadi yang lebih baik. Anggap itu ujian bahwa kita benar-benar ingin berpikiran dan berperilaku baik.
Sudah positiflah dalam semua aspek. Ga semua yang kita nilai buruk itu buruk untuk orang lain. Misal kita beranggap bahwa kotoran ayam merupakan hal yang menjijikkan. Tetapi bagi pengusaha pupuk kompos kotoran ayam adalah rejeki yang menguntungkan. Semua bergantung dari cara kita memandang. Selama pikiran dan hati kita berorientasi pada hal yang positif. insha Allah yang kita dapatkan itu hal yang positif juga. Jadi, teruslah positif thingking (berpikir positif) terhadap setiap hal yang ada didunia ini. Dunia ini akan baik kepada manusia yang mau berbuat baik. Begitupun sebaliknya dunia ini akan buruk kepada manusia yang berbuat buruk. Syukurilah yang ada dan berhusnuzonlah kepada setiap orang. Dengan demikian, kita dapat memaknai kehidupan yang penuh anugerah ini.
Selesai....
Selasa, 19 November 2019
Minimal Jujur Pada Diri Sendiri
Mendengar kata jujur rasanya kita alergi. Bukan pada katanya tapi lebih kepada praktik nya. Sebuah kata pendek yang menyulitkan manusia. Susah untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain. Berat melakukan karena besarnya gengsi yang kita punya.
Jujur adalah perilaku yang berlaku diseluruh dunia. Tak ada satu negara pun yang menolak perbuatan jujur. Ada peribahasa yang mengatakan bahwa "jujur adalah mata uang yang berlaku di seluruh dunia". Peribahasa yang sarat akan makna. Mengindikasikan bahwa jujur perbuatan baik yang diakui dunia. Jujur tak perlu memandang ras, suku, budaya, dan agama. Karena jujur tak punya identitas, tapi ia tahu siapa yang berbuat.
Sejatinya jujur secara teori mudah dilakukan. Namun karena gengsi dan ego yang besar dari dalam diri, maka perbuatan jujur sulit dilakukan. Memang tidak ada manusia yang sepenuhnya jujur, tapi setidaknya kita berusaha menjadi manusia yang jujur. Usaha yang kita lakukan itu lebih baik daripada kita berdiam diri atas ketidakjujuran diri kita sendiri.
Menjadi sebuah ironi yang terjadi, ketika kejujuran dianggap sebagai hal yang menjengkelkan. "udah lu diem aja, ga usah ngomong sama guru/atasan, entar hasil gua bagi dua". Percakapan yang sering terjadi dilingkungan kerja/sekolah. Kebiasaan buruk yang dilakukan sejak kecil akan membekas sampai dewasa. Jujur bukanlah aib, melainkan ia emas. Emas yang perlu kita jaga sampai kapanpun.
Jadi, jangan alergi sama perbuatan jujur. Kadang jujur menyakitkan, tapi jauh lebih menyakitkan jika tidak jujur. Gak ada manusia yang sempurna, yang ada manusia yang sedang berusaha sempurna. Tuhan senang dengan manusia yang mau berusaha. Apalagi berusaha dalam kebaikkan. "Jujurlah dalam keseharian, minimal jujur pada diri sendiri". Dengan demikian orang akan mengenal kita sebagai pribadi jujur.
selesai....
Jujur adalah perilaku yang berlaku diseluruh dunia. Tak ada satu negara pun yang menolak perbuatan jujur. Ada peribahasa yang mengatakan bahwa "jujur adalah mata uang yang berlaku di seluruh dunia". Peribahasa yang sarat akan makna. Mengindikasikan bahwa jujur perbuatan baik yang diakui dunia. Jujur tak perlu memandang ras, suku, budaya, dan agama. Karena jujur tak punya identitas, tapi ia tahu siapa yang berbuat.
Sejatinya jujur secara teori mudah dilakukan. Namun karena gengsi dan ego yang besar dari dalam diri, maka perbuatan jujur sulit dilakukan. Memang tidak ada manusia yang sepenuhnya jujur, tapi setidaknya kita berusaha menjadi manusia yang jujur. Usaha yang kita lakukan itu lebih baik daripada kita berdiam diri atas ketidakjujuran diri kita sendiri.
Menjadi sebuah ironi yang terjadi, ketika kejujuran dianggap sebagai hal yang menjengkelkan. "udah lu diem aja, ga usah ngomong sama guru/atasan, entar hasil gua bagi dua". Percakapan yang sering terjadi dilingkungan kerja/sekolah. Kebiasaan buruk yang dilakukan sejak kecil akan membekas sampai dewasa. Jujur bukanlah aib, melainkan ia emas. Emas yang perlu kita jaga sampai kapanpun.
Jadi, jangan alergi sama perbuatan jujur. Kadang jujur menyakitkan, tapi jauh lebih menyakitkan jika tidak jujur. Gak ada manusia yang sempurna, yang ada manusia yang sedang berusaha sempurna. Tuhan senang dengan manusia yang mau berusaha. Apalagi berusaha dalam kebaikkan. "Jujurlah dalam keseharian, minimal jujur pada diri sendiri". Dengan demikian orang akan mengenal kita sebagai pribadi jujur.
selesai....
Minggu, 17 November 2019
Kebaikan Tidak Punya Identitas
Era digital yang canggih ini memberikan kemudahan bagi kita semua. Hampir semua hal bisa kita lakukan hanya dengan genggaman tangan. Data diri, keluarga, dan kerabat bisa kita kirim lewat gawai yang kita pegang. Komunikasi antar negara pun sudah bukan masalah lagi. Banyak aplikasi-aplikasi yang menyediakan berbagai macam fitur komunikasi.
Namun, mudahnya informasi dan komunikasi yang didapat memberi efek samping. Efek ini secara sengaja ataupun tidak sengaja dirasakan oleh publik. Terkhusus bagi masyarakat Indonesia. Informasi yang didapat masyarakat tidak sepenuhnya dikaji lebih dalam. Kebanyakan masyarakat begitu mudah nya percaya dengan media massa. Padahal keaslian dan kredibilitas informasi nya juga masih diragukan. Dampak inilah yang membuat kekisruhan dalam hidup bermasyarakat.
Informasi dan berita yang didapat tidak di saring dulu. Dengan dalih bahwa berita tersebut menggemparkan lalu kita mempublikasikan kembali berita tersebut. Dalam proses majunya teknologi seharusnya kita juga mengimbanginya dengan sikap dan pola pikir. Sekarang media itu banyak berkeliaran dimana-mana. Untuk mengatakan bahwa ini adalah fakta, maka kita perlu mendalaminya dulu. Ada berita atau informasi yang layak untuk disebarkan kembali. Tapi ada juga berita atau informasi yang tidak layak untuk disebarkan kembali. Perlu proses memilah dan memilih. Mana yang pantas dan mana yang tidak pantas.
Sudah menjadi prinsip yang wajib, bahwa kita sebagai mahluk yang beragama dan beradab menyebarkan kebaikan. Kebaikan yang bisa diterima oleh semua kalangan tanpa harus menyakiti yang lain. Kadang ada kebaikan yang menurut kita baik tapi malah membuat yang lain sakit hati. Misal kita punya teman yang sedang sakit. Lalu kita menjenguk nya. Jujur memang baik tapi kalau malah membuat seseorang tertekan kan bahaya. Sudah tau teman kita sakit ya seharusnya kita hibur dia. Bukanlah bilang "aduh bro penyakit lu berat, benar dah berat banget, tadi gua udah nanya-nanya dokter". Kerabat yang mendengar pasti akan tambah pesimis untuk sembuh. Ya lagi-lagi adakalanya semua harus kita gunakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Menyebarkan kebaikan itu mudah. Tersenyum saja sudah menjadi satu kebaikan. Artinya apa, dalam melakukan kebaikan mari kita mulai dari hal-hal yang sederhana. Ya contoh sederhana nya ya tadi, tidak menyebarkan berita yang belum diketahui kepastian nya. Ada baiknya sebelum kita sebar berita/informasi tersebut coba dibaca dan dipahami dulu. Kira-kira ini layak gak untuk disebarkan. Pertimbangkan juga perihal efek yang akan terjadi. Menimbulkan kerusakan atau tidak bagi lingkungan sekitar. Hmmm kalau bahasa kerennya sih Saring dan Sharing.
Dengan melakukan hal tersebut, setidaknya kita bukanlah orang yang gampang tertipu informasi hoax. Selain itu kita juga ikut membantu mengurangi keburukan yang akan terjadi. Baik itu sederhana, yang membuat nya susah adalah manusianya. Kadang kita masih kalah sama nafsu dan ego. Sampai-sampai melupakan kebaikan yang sebenarnya sederhana.
Lakukanlah kebaikan dari hal yang kecil. Tersenyum, ramah, dan rendah hati adalah contoh kecil dari kebaikan. Alasan sederhana untuk berbuat baik adalah karena Tuhan Maha Baik dan mencintai hal yang baik-baik. Baik bukanlah beban, melainkan amanah dan tugas yang perlu sama-sama kita jaga serta terus kita tingkatkan. "Kebaikan tidak mengenal ras dan agama, tetapi kebaikan akan selalu dikenang oleh siapapun, maka dari itu terus lah berbuat baik".
Sekian....
Sabtu, 16 November 2019
Tambah Teman Tambah Rezeki
Manusia adalah makhluk sosial yang saling butuh satu sama lain. Tidak ada manusia yang tidak butuh bantuan. Semua pasti butuh. Takabur namanya apabila ada yang mengatakan "saya tidak butuh siapapun". Gambaran orang egois dan tamak.
Dalam segala lini kehidupan manusia butuh orang lain. Gak semuanya bisa dikendalikan sendiri. Bahkan organ tubuh pun tidak sepenuhnya bisa kita kendalikan. Hal tersebut membuktikan manusia bukanlah mahluk yang serba bisa.
Coba kita lihat lingkungan sekitar. Masing-masing orang punya keterampilan yang berbeda. bangun rumah ada kuli. Kuli nya lapar ada Warteg. Bahan masakan Warteg habis ada toko sembako. Begitulah seterusnya. Hal ini menandakan bahwa kita saling membutuhkan.
Buat kaula muda punya banyak teman adalah sebuah kewajiban. Ada istilah yang mengatakan "Banyak teman, banyak rezeki. Atas dasar itulah kaum muda milenial senang berkumpul bersama teman-teman nya. Apa saja akan dibicarakan kalau sudah 'ngumpul'. Dari yang positif sampai yang negatif. Mulai dari yang paling hangat sampai trend masa lampau akan di bahas. Ya begitulah serunya ngumpul bareng teman.
Semakin sering kita bercengkrama dengan banyak orang. Kita akan belajar tentang macam-macam karakter seseorang, belajar saling pengertian, dan belajar untuk tidak mudah sakit hati. Atau bahasa kerennya 'belajar ga baperan". Orang yang mudah baperan itu gak asik. Menandakan bahwa dirinya belum mampu terbuka. Belum mampu jujur dengan dirinya sendiri. Omongan jelek sedikit tentang dirinya gak terima. Di bilang yang bagus-bagus dikira caper. Ya jadi gak ada yang cocok buat dirinya. Itulah kalau orang yang gampang baper.
Gak ada salahnya kok kita punya banyak teman. Selama saling mengingatkan kearah yang positif silakan. Malah dianjurkan. Banyak teman itu mendatangkan rezeki yang banyak. Ya kalau ga percaya tanya sama yang pernah gelar hajatan/pesta pernikahan. Mereka pasti menjawab dengan raut wajah senyum-senyum. Jadi, sama-sama perkuat tali silaturahmi antar teman. Karena teman mendatangkan rezeki, dan rezeki juga datang nya dari teman.
Sekian....
Dalam segala lini kehidupan manusia butuh orang lain. Gak semuanya bisa dikendalikan sendiri. Bahkan organ tubuh pun tidak sepenuhnya bisa kita kendalikan. Hal tersebut membuktikan manusia bukanlah mahluk yang serba bisa.
Coba kita lihat lingkungan sekitar. Masing-masing orang punya keterampilan yang berbeda. bangun rumah ada kuli. Kuli nya lapar ada Warteg. Bahan masakan Warteg habis ada toko sembako. Begitulah seterusnya. Hal ini menandakan bahwa kita saling membutuhkan.
Buat kaula muda punya banyak teman adalah sebuah kewajiban. Ada istilah yang mengatakan "Banyak teman, banyak rezeki. Atas dasar itulah kaum muda milenial senang berkumpul bersama teman-teman nya. Apa saja akan dibicarakan kalau sudah 'ngumpul'. Dari yang positif sampai yang negatif. Mulai dari yang paling hangat sampai trend masa lampau akan di bahas. Ya begitulah serunya ngumpul bareng teman.
Semakin sering kita bercengkrama dengan banyak orang. Kita akan belajar tentang macam-macam karakter seseorang, belajar saling pengertian, dan belajar untuk tidak mudah sakit hati. Atau bahasa kerennya 'belajar ga baperan". Orang yang mudah baperan itu gak asik. Menandakan bahwa dirinya belum mampu terbuka. Belum mampu jujur dengan dirinya sendiri. Omongan jelek sedikit tentang dirinya gak terima. Di bilang yang bagus-bagus dikira caper. Ya jadi gak ada yang cocok buat dirinya. Itulah kalau orang yang gampang baper.
Gak ada salahnya kok kita punya banyak teman. Selama saling mengingatkan kearah yang positif silakan. Malah dianjurkan. Banyak teman itu mendatangkan rezeki yang banyak. Ya kalau ga percaya tanya sama yang pernah gelar hajatan/pesta pernikahan. Mereka pasti menjawab dengan raut wajah senyum-senyum. Jadi, sama-sama perkuat tali silaturahmi antar teman. Karena teman mendatangkan rezeki, dan rezeki juga datang nya dari teman.
Sekian....
Rabu, 13 November 2019
Pelajaran Masa Lalu
Terkadang rutinitas harian membawa kita pada sebuah kejenuhan. Jenuh yang sangat jenuh. Seakan-akan sudah malas buat hidup. Naik turun hasrat manusia memengaruhi tingkat kejenuhan. Biasanya sih kejenuhan akan mudah datang kalau manusia lagi sedih dan galau. Galau mikirin yang dulu-dulu. Mungkin masa lalu yang kelam atau malah memikirkan mantan yang gak kunjung kembali. (Eeeaa)
Hal tersebut wajar terjadi. Karena manusia punya memori besar didalam otak nya. Memori yang terkadang muncul tiba-tiba. Membawa cerita lama yang sempat dilupakan. Tapi kembali teringat. Itulah namanya masa lalu. Tiap individu punya masa lalu. Kadang ada masa lalu yang baik. Kadang pula ada masa lalu yang kelam.
Teringat lagu Inul. "Masa lalu biarlah masa lalu, jangan kau ungkit ... Dst". Lagu yang sempat viral dikalangan masyarakat +62. Kembali lagi ke pembahasan. Masa lalu adalah sebuah keniscayaan yang akan, sedang, dan sudah kita lewati. Masing-masing dari kita pasti akan punya masa lalu. Mau gimana bentuknya, lagi-lagi itu bergantung pada diri kita sendiri.
Belajarlah dari masa lalu. Jika perlu semua masa lalu yang pernah kita lewati kita pelajari. Fungsi nya untuk apa? Sudah pasti sebagai bahan untuk bermawas diri. Menilai kepribadian dan karakter diri bisa kita lihat dari masa lalu. Karena masa lalu pasti menyimpan sejuta cerita dan pelajaran hidup. Pelajaran hidup yang sama-sama kita ambil hikmahnya. Kelamnya masa lalu kita jadikan senjata untuk terus memperbaiki diri. Sedangkan baik nya masa lalu, kita jadikan motivasi hidup agar terus berbenah diri.
Masa lalu bukanlah aib yang perlu kita takuti. Ia harta yang harus kita jaga erat. Berbagilah masa lalu jika itu pantas. Namun, jika itu tidak pantas maka simpanlah baik-baik. Cukup kita sendiri dan Tuhan yang tahu. Masa lalu ibarat Spion kendaraan. Sesekali digunakan untuk melihat situasi dan kondisi di belakang. Kira-kira aman atau tidak. Setelah itu barulah kita ambil tindakan. Terus lanjut atau berhenti dulu. Semuanya dilakukan untuk memastikan bahwa semua nya aman terkendali.
Lihat masa lalu, agar kita sama sama sadar. Bahwa dulu kita pernah melakukan sebuah kebodohan. Kebodohan yang bisa dibilang menjijikkan atau bahasa kerennya Alay. Tersenyum sendiri sambil memikirkan "kok dulu gua gini ya, aneh sih, berarti dulu gua alay ya". Begitulah percakapan antara jiwa dan batin yang sedang menyadari.
Ilustrasi tersebut hanyalah analogi semata. Menggambarkan tentang manfaat mengingat masa lalu. Serta menegaskan bahwa masa lalu bukanlah aib yang harus ditakuti. Kita bisa belajar dari masa lalu untuk menunjukkan arah hidup. Mana yang pantas dan mana yang tidak pantas. Jadi, masa lalu bukanlah aib melainkan keniscayaan yang perlu kita manfaatkan untuk perbaikan diri kedepannya. "Keledai tidak akan jatuh dilubang yang sama karena ia belajar dari masa lalu".
Hal tersebut wajar terjadi. Karena manusia punya memori besar didalam otak nya. Memori yang terkadang muncul tiba-tiba. Membawa cerita lama yang sempat dilupakan. Tapi kembali teringat. Itulah namanya masa lalu. Tiap individu punya masa lalu. Kadang ada masa lalu yang baik. Kadang pula ada masa lalu yang kelam.
Teringat lagu Inul. "Masa lalu biarlah masa lalu, jangan kau ungkit ... Dst". Lagu yang sempat viral dikalangan masyarakat +62. Kembali lagi ke pembahasan. Masa lalu adalah sebuah keniscayaan yang akan, sedang, dan sudah kita lewati. Masing-masing dari kita pasti akan punya masa lalu. Mau gimana bentuknya, lagi-lagi itu bergantung pada diri kita sendiri.
Belajarlah dari masa lalu. Jika perlu semua masa lalu yang pernah kita lewati kita pelajari. Fungsi nya untuk apa? Sudah pasti sebagai bahan untuk bermawas diri. Menilai kepribadian dan karakter diri bisa kita lihat dari masa lalu. Karena masa lalu pasti menyimpan sejuta cerita dan pelajaran hidup. Pelajaran hidup yang sama-sama kita ambil hikmahnya. Kelamnya masa lalu kita jadikan senjata untuk terus memperbaiki diri. Sedangkan baik nya masa lalu, kita jadikan motivasi hidup agar terus berbenah diri.
Masa lalu bukanlah aib yang perlu kita takuti. Ia harta yang harus kita jaga erat. Berbagilah masa lalu jika itu pantas. Namun, jika itu tidak pantas maka simpanlah baik-baik. Cukup kita sendiri dan Tuhan yang tahu. Masa lalu ibarat Spion kendaraan. Sesekali digunakan untuk melihat situasi dan kondisi di belakang. Kira-kira aman atau tidak. Setelah itu barulah kita ambil tindakan. Terus lanjut atau berhenti dulu. Semuanya dilakukan untuk memastikan bahwa semua nya aman terkendali.
Lihat masa lalu, agar kita sama sama sadar. Bahwa dulu kita pernah melakukan sebuah kebodohan. Kebodohan yang bisa dibilang menjijikkan atau bahasa kerennya Alay. Tersenyum sendiri sambil memikirkan "kok dulu gua gini ya, aneh sih, berarti dulu gua alay ya". Begitulah percakapan antara jiwa dan batin yang sedang menyadari.
Ilustrasi tersebut hanyalah analogi semata. Menggambarkan tentang manfaat mengingat masa lalu. Serta menegaskan bahwa masa lalu bukanlah aib yang harus ditakuti. Kita bisa belajar dari masa lalu untuk menunjukkan arah hidup. Mana yang pantas dan mana yang tidak pantas. Jadi, masa lalu bukanlah aib melainkan keniscayaan yang perlu kita manfaatkan untuk perbaikan diri kedepannya. "Keledai tidak akan jatuh dilubang yang sama karena ia belajar dari masa lalu".
Udah Ngaku Aja
Pada dasarnya manusia butuh pengakuan. Ya pengakuan dari orang-orang disekelilingnya. intinya diakui. Paling gak senang kalau gak diakui. Itu lumrah terjadi. Manusia punya hasrat untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Ketika sudah mencapai itu semua, maka tinggal pengakuan yang diinginkan. Diakui sebagai orang hebat. diakui sebagai orang yang paling berkontribusi, diakui sebagai orang paling berpengaruh, dan masih banyak lagi
Tetapi ada satu hal yang rasanya sulit dilakukan manusia. yaitu "Ngaku". Tak banyak orang yang memiliki keberanian untuk "Ngaku" atas apa yang dilakukannya. Apalagi "ngaku" kesalahannya sendiri. Terasa berat dan alot untuk dilakukan. Padahal sudah banyak bukti yang mengatakan bahwa "si dia" salah. Tapi tetap aja ngeyel. gak mau ngaku kalau dirinya salah.
Udah ngaku aja. itu gak susah kok. gampang lagi. Tinggal bilang "iya saya salah, saya minta maaf". Kalimatnya simpel dan sederhana. Tapi kita nya aja yang bikin kata-kata nya terasa berat. atau mungkin gengsi ya. buat apasih gengsi sama perbuatan yang jelas-jelas salah. mending ngaku aja.
Hidup itu sebenarnya sederhana. Kalau gak senang sama teman, yauda gak usah temenan. Simpelkan. Gak senang sama tempat makan itu, yauda gak usah makan di situ. Sederhanakan. Teringat dawuh Gus Dur " Gitu aja kok repot". Jargon simpel yang penuh makna. Beliau mengajak kita untuk berpikir dan berperilaku sederhana. Gak usah cari yang susah-susah. Selama ada pilihan untuk memilih yang mudah/gampang ya pilih yang itu saja. "Gitu aja kok repot".
Udah ngaku aja deh. kita ini mahluk yang lemah. Tidak memiliki apa-apa dan kita juga bukan siapa-siapa. Aneh rasanya kalau diri kita sendiri menginginkan pengakuan tapi sulit untuk mengakui. tidak ada manusia yang sempurna. Semua punya khilaf dan salah. Sadari dan akui kesalahan yang kita perbuat, karena itu lebih baik. Manusia yang tidak baik adalah manusia yang gak mau mengakui kesalahn. Sedangkan manusia yang baik adalah manusia yang mau mengakui kesalahan.
Tetapi ada satu hal yang rasanya sulit dilakukan manusia. yaitu "Ngaku". Tak banyak orang yang memiliki keberanian untuk "Ngaku" atas apa yang dilakukannya. Apalagi "ngaku" kesalahannya sendiri. Terasa berat dan alot untuk dilakukan. Padahal sudah banyak bukti yang mengatakan bahwa "si dia" salah. Tapi tetap aja ngeyel. gak mau ngaku kalau dirinya salah.
Udah ngaku aja. itu gak susah kok. gampang lagi. Tinggal bilang "iya saya salah, saya minta maaf". Kalimatnya simpel dan sederhana. Tapi kita nya aja yang bikin kata-kata nya terasa berat. atau mungkin gengsi ya. buat apasih gengsi sama perbuatan yang jelas-jelas salah. mending ngaku aja.
Hidup itu sebenarnya sederhana. Kalau gak senang sama teman, yauda gak usah temenan. Simpelkan. Gak senang sama tempat makan itu, yauda gak usah makan di situ. Sederhanakan. Teringat dawuh Gus Dur " Gitu aja kok repot". Jargon simpel yang penuh makna. Beliau mengajak kita untuk berpikir dan berperilaku sederhana. Gak usah cari yang susah-susah. Selama ada pilihan untuk memilih yang mudah/gampang ya pilih yang itu saja. "Gitu aja kok repot".
Udah ngaku aja deh. kita ini mahluk yang lemah. Tidak memiliki apa-apa dan kita juga bukan siapa-siapa. Aneh rasanya kalau diri kita sendiri menginginkan pengakuan tapi sulit untuk mengakui. tidak ada manusia yang sempurna. Semua punya khilaf dan salah. Sadari dan akui kesalahan yang kita perbuat, karena itu lebih baik. Manusia yang tidak baik adalah manusia yang gak mau mengakui kesalahn. Sedangkan manusia yang baik adalah manusia yang mau mengakui kesalahan.
Selasa, 12 November 2019
Percaya Pada Diri
Sulit rasanya untuk menjadi pribadi yang bsik. Gangguan silih berganti menghampiri diri. Mau baik di bilang sok alim lah, tapi kalau jahat di bilang gak punya hati. Aneh. Jadi serba salah. Lagipula kebaikkan yang kita lakukan toh bermanfaat untuk orang lain. Hal itu juga gak merugikan, "saya senang, anda pun tenang". Ga usah urus, urusan orang lain. Lebih baik urus diri sendiri untuk jauh lebih baik
Kadang dalam hidup kita perlu percaya diri. Bukan untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri. Hal ini perlu dilakukan untuk membentengi diri kita dari gangguan luar. Hujatan dan cemoohan orang lain kepada kita, bisa dibuang jauh-jauh. Orang lain gak tau diri kita sebenarnya. Terkadang penampilan di luar dengan dalamnya berbeda. Tetaplah percaya diri. Manusia sekarang lebih ahli dalam urusan orang lain, tapi ciut dengan urusannya sendiri. ya begitulah gambaran kaum milenial.
Percayalah pada diri sendiri. Karena hidup yang kita jalani bergantung dari diri kita sendiri. Bukan dari orang lain. Pahami apa yang menjadi kelebihan kita. Kemudian kita kembangkan untuk dijadikan potensi yang menguntungkan buat kita. Resapi apa-apa saja yang menjadi kelemahan kita, untuk kemudian kita gunakan sebagai bahan intropeksi diri. Jangan pusingkan diri dengan hal-hal yang gak penting. Kita perlu belajar untuk mengabaikan hal yang gak penting.
Buatlah hidup itu sederhana. jangan kita buat susah. Ada orang lain yang gak suka sama kita, yaudah itu urusan dia. gak usah kita pikirin. Tugas kita hanya melakukan yang terbaik. Kalau pun ada yang gak seneng, ya itu bukan urusan kita. gak semua didunia ini bisa kita miliki. Tiap individu punya pemikiran dan gaya hidup yang berbeda-beda. Lagi-lagi kita perlu paham pada diri kita sendiri.
udah PEDE aja. Hidup yang kita jalani adalah anugerah terbesar yang perlu kita syukuri. Tuhan itu udah paling ngerti kita. Apa yang dibutuhkan manusia udah tersedia. Teruslah bersyukur. Percaya diri adalah bagian dari cara kita untuk mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan. Karena dengan percaya diri kita paham, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Nah kalau sudah paham, tinggal kita olah sedemikian rupa untuk segera kita manfaatkan. Jadi, tetaplah percaya pada diri sendiri. Karena dengan cara seperti itulah kita sudah melaksanakan arti syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik.
Kadang dalam hidup kita perlu percaya diri. Bukan untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri. Hal ini perlu dilakukan untuk membentengi diri kita dari gangguan luar. Hujatan dan cemoohan orang lain kepada kita, bisa dibuang jauh-jauh. Orang lain gak tau diri kita sebenarnya. Terkadang penampilan di luar dengan dalamnya berbeda. Tetaplah percaya diri. Manusia sekarang lebih ahli dalam urusan orang lain, tapi ciut dengan urusannya sendiri. ya begitulah gambaran kaum milenial.
Percayalah pada diri sendiri. Karena hidup yang kita jalani bergantung dari diri kita sendiri. Bukan dari orang lain. Pahami apa yang menjadi kelebihan kita. Kemudian kita kembangkan untuk dijadikan potensi yang menguntungkan buat kita. Resapi apa-apa saja yang menjadi kelemahan kita, untuk kemudian kita gunakan sebagai bahan intropeksi diri. Jangan pusingkan diri dengan hal-hal yang gak penting. Kita perlu belajar untuk mengabaikan hal yang gak penting.
Buatlah hidup itu sederhana. jangan kita buat susah. Ada orang lain yang gak suka sama kita, yaudah itu urusan dia. gak usah kita pikirin. Tugas kita hanya melakukan yang terbaik. Kalau pun ada yang gak seneng, ya itu bukan urusan kita. gak semua didunia ini bisa kita miliki. Tiap individu punya pemikiran dan gaya hidup yang berbeda-beda. Lagi-lagi kita perlu paham pada diri kita sendiri.
udah PEDE aja. Hidup yang kita jalani adalah anugerah terbesar yang perlu kita syukuri. Tuhan itu udah paling ngerti kita. Apa yang dibutuhkan manusia udah tersedia. Teruslah bersyukur. Percaya diri adalah bagian dari cara kita untuk mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan. Karena dengan percaya diri kita paham, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Nah kalau sudah paham, tinggal kita olah sedemikian rupa untuk segera kita manfaatkan. Jadi, tetaplah percaya pada diri sendiri. Karena dengan cara seperti itulah kita sudah melaksanakan arti syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik.
Sabtu, 09 November 2019
Manusia Karakter
Betapa pentingnya pembentukan karakter. Karena karakter menentukan jati diri seseorang. Tetapi sekarang sebagian orang tak menganggap karakter itu penting. Selama udah dapat hasil yang memuaskan, ya abaikan aja karakter. Pada akhirnya karakter tak lagi beguna.
Padahal karakter itu penting. Negara ini tak kehilangan orang pintar. Tetapi kehilangan orang-orang yang punya karakter. Hasilnya ya bisa dilihat sendiri. Petinggi-petinggi negara banyak yang korup. Kekayaan dan uang negara hilang begitu saja. Lantas kekayaan dan uang tersebut lari kemana? Ya sudah pasti lari ke kantong para pejabat. Untuk memenuhi semua ambisi mereka. "Pemilihan gua udah habis banyak, sekarang saatnya gua nyari bayarannya".
Contoh tersebut gak bermaksud mendiskriminasikan pejabat. Penulis percaya bahwa masih banyak pejabat yang baik. Pejabat yang mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Tulisan ini hanya bersifat opini pribadi.
Pejabat yang baik adalah pejabat yang berkarakter.
Dalam dirinya sudah tertanam prinsip hidup yang baik. Mampu memilih dan memilah. Putusan mana yang pro rakyat dan mana putusan yang merugikan rakyat. Itu semua tercipta dari karakter diri yang sudah matang. Karakter yang tak mudah digoyahkan.
Banyak cara untuk mengembangkan karakter diri. Contoh sederhana dilingkungan sekolah. Di sekolah sudah tersedia wadah untuk mengembangkan karakter. Sebut saja OSIS dan Pramuka. Dua organisasi pelajar yang bisa dijadikan sarana. Sarana untuk mengembangkan dan mematangkan jati diri.
Dapat dikatakan bahwa organisasi pelajar mampu membentuk karakter.
Penulis berharap semua organisasi pelajar bisa sama-sama berkontribusi. Mematangkan jati diri pelajar. Sehingga nantinya pelajar mampu untuk menjadi manusia yang berkarakter. Manusia yang mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Sehingga apa yang dicita-citakan bisa terwujud. Pelajar adalah tonggak masa depan bangsa yang perlu sama-sama kita rawat dan jaga. "10 Pemuda mampu mengguncangkan dunia" (bung Karno).
Padahal karakter itu penting. Negara ini tak kehilangan orang pintar. Tetapi kehilangan orang-orang yang punya karakter. Hasilnya ya bisa dilihat sendiri. Petinggi-petinggi negara banyak yang korup. Kekayaan dan uang negara hilang begitu saja. Lantas kekayaan dan uang tersebut lari kemana? Ya sudah pasti lari ke kantong para pejabat. Untuk memenuhi semua ambisi mereka. "Pemilihan gua udah habis banyak, sekarang saatnya gua nyari bayarannya".
Contoh tersebut gak bermaksud mendiskriminasikan pejabat. Penulis percaya bahwa masih banyak pejabat yang baik. Pejabat yang mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Tulisan ini hanya bersifat opini pribadi.
Pejabat yang baik adalah pejabat yang berkarakter.
Dalam dirinya sudah tertanam prinsip hidup yang baik. Mampu memilih dan memilah. Putusan mana yang pro rakyat dan mana putusan yang merugikan rakyat. Itu semua tercipta dari karakter diri yang sudah matang. Karakter yang tak mudah digoyahkan.
Banyak cara untuk mengembangkan karakter diri. Contoh sederhana dilingkungan sekolah. Di sekolah sudah tersedia wadah untuk mengembangkan karakter. Sebut saja OSIS dan Pramuka. Dua organisasi pelajar yang bisa dijadikan sarana. Sarana untuk mengembangkan dan mematangkan jati diri.
Dapat dikatakan bahwa organisasi pelajar mampu membentuk karakter.
Penulis berharap semua organisasi pelajar bisa sama-sama berkontribusi. Mematangkan jati diri pelajar. Sehingga nantinya pelajar mampu untuk menjadi manusia yang berkarakter. Manusia yang mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Sehingga apa yang dicita-citakan bisa terwujud. Pelajar adalah tonggak masa depan bangsa yang perlu sama-sama kita rawat dan jaga. "10 Pemuda mampu mengguncangkan dunia" (bung Karno).
Kamis, 07 November 2019
Depan Sikap Belakang Ilmu
Akhir-akhir ini kita sedang dilanda badai teknologi. Baru kemarin merasakan gawai"ini" besoknya udah ganti gawai "itu". Terasa begitu cepat dan dinamis. Tak bergerak nyata-nyata nya bergerak. Atau kita nya yang terlalu terpaku dan terlena. Fana dunia membawa kita pada percepatan global yang luar biasa. Tapi hal tersebut tak diimbangi dengan sikap. Padahal sikap punya peran penting.
Tak banyak keilmuan yang membahas tentang pentingnya sikap. Karena dalam fungsinya sikap lebih kepada praktik ketimbang teori. Ya seperti itulah ironi yang terjadi sekarang. Orang lebih sibuk dengan urusan orang lain. Sedangkan urusannya terbengkalai bak bangkai yang terlantar.
Teringat dawuh-dawuh orang tua dulu, "nak kamu kalau lagi ada tamu jangan nguping ya, diem aja di kamar". "Nak kalau lewat depan orang harus nunduk sambil bilang permisi". Dawuh-dawuh sederhana namun bermakna. Hal tersebut mengajarkan kita pada arti sopan dan santun. Apa itu sopan dan santun?
Sopan adalah tingkah laku yang baik kepada orang lain. Sedangkan santun adalah ucapan yang baik kepada orang lain. Jadi sopan dan santun merupakan tingkah laku dan ucapan yang baik kepada orang lain.
Terkikis nya moral membawa dampak pada hilangnya sopan dan santun dalam bertingkah laku. Manusia tidak lagi memikirkan mana yang pantas dan mana yang tidak pantas. Lebih memikirkan dan mengedepankan ego. "Gua udah belajar semua nya, jadi apa yang gua lakukan pasti benar". Sepintas adalah kalimat yang bernada sinis dan sadis. Seakan-akan gak butuh orang lain. Lebih parahnya punya anggapan bahwa dunia ini milik dia. Ya Itulah sedikit contoh perilaku seseorang yang punya ilmu tapi gak punya sikap atau karakter.
Betapa bahaya nya orang yang punya ilmu tapi gak disertai sikap. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa sikap punya peranan penting. Yakni memberi arahan dan petunjuk tentang mana yang benar dan mana yang salah. Ilmu pengetahuan hanya memberikan manusia tentang sebuah teori. Tetapi sikap memberikan manusia petunjuk dan arahan dalam mengarungi kehidupan.
Sudah selayaknya kita menaruh sesuatu pada tempatnya. Di depan Sikap di belakang ilmu. Mengedepankan sikap lebih penting daripada ilmu. Karena orang yang berilmu belum tentu punya sikap. Sedangkan orang yang punya sikap sudah pasti punya ilmu. Dalam bersikap kita membutuhkan ilmu, dan dalam berilmu kita membutuhkan sikap. Jadi sikap dan ilmu harus selalu berdampingan, gak boleh terpisahkan.
Ilmu penting dan sikap pun jauh lebih penting. Penulis meyakini bahwa bangsa ini tidak kehilangan orang yang pintar. Tetapi bangsa ini, kehilangan orang-orang yang memiliki sikap dan karakter. Banyak kekayaan negara hilang begitu saja karena perilaku pejabat yang pintar, tetapi tidak punya sikap dan karakter.
Jadi sudah jelas bahwa, sikap harus kita kedepankan dari pada ilmu. Agar ilmu yang kita punya tidak salah arah dan bisa bermanfaat untuk orang banyak. Tak ada manusia yang sempurna, tetapi sebagai manusia kita saling mengingatkan dan menyempurnakan. Tujuannya agar apa yang dicita-citakan bangsa ini dapat tercapai. Sehingga masyarakat dapat merasakan indah dan nikmatnya hidup berbangsa dan bernegara.
Selesai.
Terkikis nya moral membawa dampak pada hilangnya sopan dan santun dalam bertingkah laku. Manusia tidak lagi memikirkan mana yang pantas dan mana yang tidak pantas. Lebih memikirkan dan mengedepankan ego. "Gua udah belajar semua nya, jadi apa yang gua lakukan pasti benar". Sepintas adalah kalimat yang bernada sinis dan sadis. Seakan-akan gak butuh orang lain. Lebih parahnya punya anggapan bahwa dunia ini milik dia. Ya Itulah sedikit contoh perilaku seseorang yang punya ilmu tapi gak punya sikap atau karakter.
Betapa bahaya nya orang yang punya ilmu tapi gak disertai sikap. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa sikap punya peranan penting. Yakni memberi arahan dan petunjuk tentang mana yang benar dan mana yang salah. Ilmu pengetahuan hanya memberikan manusia tentang sebuah teori. Tetapi sikap memberikan manusia petunjuk dan arahan dalam mengarungi kehidupan.
Sudah selayaknya kita menaruh sesuatu pada tempatnya. Di depan Sikap di belakang ilmu. Mengedepankan sikap lebih penting daripada ilmu. Karena orang yang berilmu belum tentu punya sikap. Sedangkan orang yang punya sikap sudah pasti punya ilmu. Dalam bersikap kita membutuhkan ilmu, dan dalam berilmu kita membutuhkan sikap. Jadi sikap dan ilmu harus selalu berdampingan, gak boleh terpisahkan.
Ilmu penting dan sikap pun jauh lebih penting. Penulis meyakini bahwa bangsa ini tidak kehilangan orang yang pintar. Tetapi bangsa ini, kehilangan orang-orang yang memiliki sikap dan karakter. Banyak kekayaan negara hilang begitu saja karena perilaku pejabat yang pintar, tetapi tidak punya sikap dan karakter.
Jadi sudah jelas bahwa, sikap harus kita kedepankan dari pada ilmu. Agar ilmu yang kita punya tidak salah arah dan bisa bermanfaat untuk orang banyak. Tak ada manusia yang sempurna, tetapi sebagai manusia kita saling mengingatkan dan menyempurnakan. Tujuannya agar apa yang dicita-citakan bangsa ini dapat tercapai. Sehingga masyarakat dapat merasakan indah dan nikmatnya hidup berbangsa dan bernegara.
Selesai.
Rabu, 06 November 2019
Susah Amat Rapih
Sudah jadi tuntutan siswa untuk mengikuti tata tertib sekolah. Senang gak senang, mau gak mau ya harus ngikutin. Alasan nya, itu sudah jadi aturan yang berlaku. Kalau gak ngikutin ya siap-siap terima sanksi.
Tata tertib masing-masing sekolah/lembaga pendidikan berbeda-beda. Semua bergantung dari situasi sosial budaya dan norma yang berlaku. Tentu, pihak sekolah sudah mempertimbangkan semua tata tertib nya. Baik dan buruknya sudah didiskusikan bersama. Ya lagi-lagi sebagai siswa yang baik harus ngikutin tata tertib. Toh tujuannya bukan mengekang, tetapi menanamkan kedisiplinan.
Satu tata tertib yang sering jadi perdebatan siswa ialah aturan rambut. Banyak siswa yang menyangkal, dengan dalih, "rambut kan gak berpengaruh ke pelajaran". Hmmm, kalimat kritis yang menurut penulis salah tempat dan gak sepatutnya dikatakan oleh siswa. Okelah kalau itu kita anggap sebagai aspirasi siswa dalam menyampaikan pendapat nya. Tetapi yang perlu diingat, yang menjadi kalimat ini salah tempat adalah karena aturan yang dikritik aturan yang baik. Siswa boleh mengkritisi setiap aturan, Karena itu bagian dari kepedulian siswa terhadap sekolah nya.
Coba kita balik lagi ke kalimat, "rambut gak berpengaruh ke pelajaran". Ya memang gak ngaruh, siapa yang bilang kalau rambut ngaruh ke pelajaran. Nah ini yang belum dipahami siswa-siswa. Para siswa belum mampu dalam menentukan baik dan buruk. Aturan dibuat agar siswa dapat menjadi manusia yang disiplin. sehingga nantinya jika mereka sudah dewasa, mereka bisa menentukan sendiri mana yang pantas dan mana yang tidak pantas. Lagi-lagi aturan itu dibuat untuk siswa dan yang merasakan hasilnya pun siswa juga.
Kalau masih ngeyel, ya silakan saja. Tapi sebagai orang yang terpelajar tak sepantasnya menolak hal yang baik buat dirinya. Masa kaum terpelajar gak mau tampil rapih. Gak mewakili sama sekali kata "terpelajar". Malah menodai dan membuat persepsi orang tentang kaum terpelajar berubah. Jadi Kaum terpelajar dikenal ngeyel, keras kepala, dan sok tau. Persis kaum barbar. (Baca tulisan "Barbar Udah Gak Zaman).
Misalkan kita ambil dari sudut pandang agama, justru agama senang dengan umat nya yang rapih. Umat Islam diminta berpenampilan rapih ketika Salat. Umat Nasrani pun diminta berpenampilan rapih ketika ibadah di gereja. Kemudian umat Hindu dan Budha pun sama diminta untuk berpakaian rapih ketika sedang beribadat. Jadi jelas, kata rapih berlaku untuk semua umat. Lantas apa yang membuat siswa ngeyel. Ya mungkin, siswa masih mengedepankan nafsu dan ego nya.
Diakhir tulisan ini penulis hanya berpesan. tata tertib yang berlaku itu, untuk kebaikan kita semua. Gak ada satu aturan pun yang merugikan insha Allah semuanya bermanfaat. Tuhan menciptakan manusia dan hewan itu berbeda. Apa yang membuat nya berbeda, hewan tidak memiliki akal dan hati. Sedangkan manusia punya akal dan hati. Maka dari itu bertingkah laku lah layaknya manusia. Mahkluk yang dianugerahi akal dan hati. Jadi, janganlah susah untuk tampil rapih, toh semua untuk kebaikan kita bersama. Berpikirlah sebelum bertindak, dan bertindaklah dengan pikiran.
Selesai.
Tata tertib masing-masing sekolah/lembaga pendidikan berbeda-beda. Semua bergantung dari situasi sosial budaya dan norma yang berlaku. Tentu, pihak sekolah sudah mempertimbangkan semua tata tertib nya. Baik dan buruknya sudah didiskusikan bersama. Ya lagi-lagi sebagai siswa yang baik harus ngikutin tata tertib. Toh tujuannya bukan mengekang, tetapi menanamkan kedisiplinan.
Satu tata tertib yang sering jadi perdebatan siswa ialah aturan rambut. Banyak siswa yang menyangkal, dengan dalih, "rambut kan gak berpengaruh ke pelajaran". Hmmm, kalimat kritis yang menurut penulis salah tempat dan gak sepatutnya dikatakan oleh siswa. Okelah kalau itu kita anggap sebagai aspirasi siswa dalam menyampaikan pendapat nya. Tetapi yang perlu diingat, yang menjadi kalimat ini salah tempat adalah karena aturan yang dikritik aturan yang baik. Siswa boleh mengkritisi setiap aturan, Karena itu bagian dari kepedulian siswa terhadap sekolah nya.
Coba kita balik lagi ke kalimat, "rambut gak berpengaruh ke pelajaran". Ya memang gak ngaruh, siapa yang bilang kalau rambut ngaruh ke pelajaran. Nah ini yang belum dipahami siswa-siswa. Para siswa belum mampu dalam menentukan baik dan buruk. Aturan dibuat agar siswa dapat menjadi manusia yang disiplin. sehingga nantinya jika mereka sudah dewasa, mereka bisa menentukan sendiri mana yang pantas dan mana yang tidak pantas. Lagi-lagi aturan itu dibuat untuk siswa dan yang merasakan hasilnya pun siswa juga.
Kalau masih ngeyel, ya silakan saja. Tapi sebagai orang yang terpelajar tak sepantasnya menolak hal yang baik buat dirinya. Masa kaum terpelajar gak mau tampil rapih. Gak mewakili sama sekali kata "terpelajar". Malah menodai dan membuat persepsi orang tentang kaum terpelajar berubah. Jadi Kaum terpelajar dikenal ngeyel, keras kepala, dan sok tau. Persis kaum barbar. (Baca tulisan "Barbar Udah Gak Zaman).
Misalkan kita ambil dari sudut pandang agama, justru agama senang dengan umat nya yang rapih. Umat Islam diminta berpenampilan rapih ketika Salat. Umat Nasrani pun diminta berpenampilan rapih ketika ibadah di gereja. Kemudian umat Hindu dan Budha pun sama diminta untuk berpakaian rapih ketika sedang beribadat. Jadi jelas, kata rapih berlaku untuk semua umat. Lantas apa yang membuat siswa ngeyel. Ya mungkin, siswa masih mengedepankan nafsu dan ego nya.
Diakhir tulisan ini penulis hanya berpesan. tata tertib yang berlaku itu, untuk kebaikan kita semua. Gak ada satu aturan pun yang merugikan insha Allah semuanya bermanfaat. Tuhan menciptakan manusia dan hewan itu berbeda. Apa yang membuat nya berbeda, hewan tidak memiliki akal dan hati. Sedangkan manusia punya akal dan hati. Maka dari itu bertingkah laku lah layaknya manusia. Mahkluk yang dianugerahi akal dan hati. Jadi, janganlah susah untuk tampil rapih, toh semua untuk kebaikan kita bersama. Berpikirlah sebelum bertindak, dan bertindaklah dengan pikiran.
Selesai.
Selasa, 05 November 2019
Barbar Udah Gak Zaman
Di era canggih seperti ini, gaya hidup serba cepat dan instan. Mau makan tinggal klik. Mau beli baju tinggal klik. Mau beli rumah pun tinggal klik. Semua berakhir dengan kata "tinggal klik". Kata tersebut mewakili kondisi masa yang sedang berlangsung. Maknanya semua serba cepat dan serba instan.
Seiring berjalannya waktu, rasanya pantas habit manusia mengalami perubahan. Gradasi dan degradasi sosial masyarakat mengalami kemerosotan. Daya nalar tak dipakai lagi, amarah pun mudah menguasai. pikiran tak lagi jernih dan dingin, semua ingin diselesaikan secara instan. Akhirnya baku hantam menjadi cara yang cepat dilakukan. Hal ini jika terus berlangsung akan membawa habit baru bagi manusia, yakni hidup 'Barbar'.
Barbar sendiri ternyata memiliki makna "tak bertujuan atau liar". Artinya hidup barbar memiliki definisi hidup yang liar yang tidak memiliki tujuan. Hal ini aneh jika terjadi di zaman yang serba canggih. Perlu diketahui bahwa ilmu dan teknologi terus berinovasi. Akan tetapi moralitas dan karekteristik malah mengalami degradasi yang parah. Manusia saat ini lebih mengedepankan ego nya sendiri. Hidup suka-suka dia. Mau makan silakan, tidak pun tak jadi masalah. "Ini hidup gua, jadi suka-suka gua dong". Begitulah kata anak muda zaman now.
Merujuk pada paragraf tersebut, mungkin hidup barbar akan menjadi habit baru. Kemungkinan akan banyak yang ngikutin. Apalagi prinsip hidup barbar itu mudah, yaitu liar dan tak beraturan. Pengikut terbanyak nya sudah pasti pemuda. Pemuda yang gak punya sikap dan prinsip dalam hidupnya. Padahal dalam menjalani hidup kita perlu prinsip. Tujuannya agar manusia gak salah arah dan kesasar. Ya tapi kebanyakan manusia sekarang tidak pakai prinsip. Buat mereka barbar itu sudah bagus. Gak pake aturan semuanya liar dan bebas.
Namun perlu diketahui, semua yang kita lakukan akan berimbas pada diri kita sendiri. Sudah pasti hidup barbar punya segudang masalah. Sanksi terberat nya ialah dikucilkan. Terdengar biasa-biasa saja. Tapi jika mengalami langsung, hukuman ini sungguh berat diterima. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang butuh manusia lainnya. Apalagi kultur di Indonesia yang dikenal gotong royong nya. Sudah dipastikan hukuman ini berat bahkan bisa menimbulkan korban. Tak jarang orang yang dikucilkan harus mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Alasannya sederhana, gak sanggup terima hukum sosial. Hukum sosial akan langsung berdampak pada psikologi orang. Jadi atas dasar inilah banyak orang yang memilih untuk bunuh diri.
Jika tidak ditangani, hidup barbar akan menjadi gaya hidup baru. Dasar nya apa, ya tadi hidup bebas tanpa aturan. Salah dikit pukul saja, salah banyak ya bunuh aja, beres. Begitulah kata kaum barbar. Semua selesai secara instan tanpa berpikir panjang.
Hidup babar aneh jika terjadi di zaman yang serba canggih ini. Ilmu dan teknologi terus berinovasi. Tapi karakter, prinsip, dan nilai nilai moral masyarakat malah mengalami degradasi yang parah. Didepan sudah ada bahaya yang mengintai. Yaitu hilangnya moralitas diri manusia dalam berbangsa dan bernegara. Jika itu terjadi, tinggal kehancuran yang akan menimpa negara ini. Barbar bukan lah pilihan, melainkan penyakit yang harus sama-sama kita sembuhkan secepatnya.
Seiring berjalannya waktu, rasanya pantas habit manusia mengalami perubahan. Gradasi dan degradasi sosial masyarakat mengalami kemerosotan. Daya nalar tak dipakai lagi, amarah pun mudah menguasai. pikiran tak lagi jernih dan dingin, semua ingin diselesaikan secara instan. Akhirnya baku hantam menjadi cara yang cepat dilakukan. Hal ini jika terus berlangsung akan membawa habit baru bagi manusia, yakni hidup 'Barbar'.
Barbar sendiri ternyata memiliki makna "tak bertujuan atau liar". Artinya hidup barbar memiliki definisi hidup yang liar yang tidak memiliki tujuan. Hal ini aneh jika terjadi di zaman yang serba canggih. Perlu diketahui bahwa ilmu dan teknologi terus berinovasi. Akan tetapi moralitas dan karekteristik malah mengalami degradasi yang parah. Manusia saat ini lebih mengedepankan ego nya sendiri. Hidup suka-suka dia. Mau makan silakan, tidak pun tak jadi masalah. "Ini hidup gua, jadi suka-suka gua dong". Begitulah kata anak muda zaman now.
Merujuk pada paragraf tersebut, mungkin hidup barbar akan menjadi habit baru. Kemungkinan akan banyak yang ngikutin. Apalagi prinsip hidup barbar itu mudah, yaitu liar dan tak beraturan. Pengikut terbanyak nya sudah pasti pemuda. Pemuda yang gak punya sikap dan prinsip dalam hidupnya. Padahal dalam menjalani hidup kita perlu prinsip. Tujuannya agar manusia gak salah arah dan kesasar. Ya tapi kebanyakan manusia sekarang tidak pakai prinsip. Buat mereka barbar itu sudah bagus. Gak pake aturan semuanya liar dan bebas.
Namun perlu diketahui, semua yang kita lakukan akan berimbas pada diri kita sendiri. Sudah pasti hidup barbar punya segudang masalah. Sanksi terberat nya ialah dikucilkan. Terdengar biasa-biasa saja. Tapi jika mengalami langsung, hukuman ini sungguh berat diterima. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang butuh manusia lainnya. Apalagi kultur di Indonesia yang dikenal gotong royong nya. Sudah dipastikan hukuman ini berat bahkan bisa menimbulkan korban. Tak jarang orang yang dikucilkan harus mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Alasannya sederhana, gak sanggup terima hukum sosial. Hukum sosial akan langsung berdampak pada psikologi orang. Jadi atas dasar inilah banyak orang yang memilih untuk bunuh diri.
Jika tidak ditangani, hidup barbar akan menjadi gaya hidup baru. Dasar nya apa, ya tadi hidup bebas tanpa aturan. Salah dikit pukul saja, salah banyak ya bunuh aja, beres. Begitulah kata kaum barbar. Semua selesai secara instan tanpa berpikir panjang.
Hidup babar aneh jika terjadi di zaman yang serba canggih ini. Ilmu dan teknologi terus berinovasi. Tapi karakter, prinsip, dan nilai nilai moral masyarakat malah mengalami degradasi yang parah. Didepan sudah ada bahaya yang mengintai. Yaitu hilangnya moralitas diri manusia dalam berbangsa dan bernegara. Jika itu terjadi, tinggal kehancuran yang akan menimpa negara ini. Barbar bukan lah pilihan, melainkan penyakit yang harus sama-sama kita sembuhkan secepatnya.
Semua juga Manusia, Punya Rasa Punya Hati
Semua juga Manusia, Punya Rasa Punya Hati
Rasanya sudah menjadi kewajiban guru untuk selalu mengingatkan siswa nya. Tiap guru punya metode dan cara nya sendiri. Semua bergantung dari situasi dan kondisi. Ada kalanya guru tegas ada kalanya guru itu longgar. Lagi-lagi semua bergantung pada situasi dan kondisi.
Tapi bagaimana jadinya kalau tindakan yang dilakukan itu selalu disalahkan. Mari kita sama-sama merujuk pada kalimat "guru juga manusia". Mendidik dan mengajar adalah kewajiban setiap guru. Tapi juga perlu diingat bahwa"guru juga manusia". Adakalanya guru itu baik dan benar, adakalanya guru khilaf dan salah. Semua itu manusiawi dan wajar.
Guru juga manusia, kadang ada kekeliruan yang tidak sengaja dilakukan. Kadang juga ada kebaikan yang kecil namun berbekas kepada siswa nya. Hal itu pun manusiawi. Mengkritisi dan memberi saran wajar dilakukan setiap orang. Sekali pun ia presiden, pasti ada saja kritik dan saran yang datang kepadanya. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi kinerja yang sudah dilakukan.
Pun sama dengan guru, kritik dan saran sangat dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah yang dilakukan sudah baik atau belum. Buat guru selama saran itu baik, tak ada masalah. Namun, yang jadi masalah adalah ketika saran yang diberikan justru menjatuhkan. Perlu diingat lagi bahwa guru juga manusia, punya rasa punya hati. Jadi gak cuma rocker yang punya.
Tegas yang dilakukan guru punya tujuan baik. Pun dengan kelonggaran yang berikan punya tujuan baik. Tapi anehnya, protes-protes yang datang justru memberi kesan bahwa guru salah. Suara lantang salah. Menegur juga salah. Tegas ke murid salah. Cubit sedikit karena siswa tidak tertib salah. Bahkan diam pun salah. Jadi lengkap, semua serba salah.
Maka tak ada salahnya jika sebagian guru mengatakan bahwa siswa saat ini sudah dimanjakan zaman. Semua serba instan dan cepat.
Hal tersebut hanya spekulatif semata yang harus dicermati dengan baik. Jalan terbaik adalah sama-sama bermawas diri, baik guru, orang tua, dan murid. Titik temu yang terbaik dalam menyelesaikan masalah adalah saling mengalah dan memaafkan. Buang ego dan amarah, sejatinya kita semua juga manusia, punya rasa punya hati.
Langganan:
Postingan (Atom)