Beberapa hari terakhir kita mendengar beberapa kabar tentang kematian artis. Baik artis lokal maupun mancanegara. Menjadi sebuah keanehan bagi orang. Artis yang dinobatkan sebagai orang dengan gemerlap harta yang melimpah harus mengakhiri hidupnya dengan tragis. Banyak dari mereka memutuskan bunuh diri tanpa sebab yang jelas.
Padahal segala yang mereka inginkan sudah terpenuhi. Harta,popularitas, dan segala nya sudah ada digenggaman mereka. Barang-barang ternama, mahal, dan limited edition bisa didapatkan dengan mudah. Tak memikirkan berapa uang yang sudah dikeluarkan, toh nyatanya nanti mereka akan dapat lagi. Apapun yang mereka lakukan selalu jadi bahan perbincangan orang-orang. Busana yang dikenakan pun bisa jadi trend yang diikuti penggemarnya. Ya jelas mereka akan menjadi perhatian khalayak ramai.
Gemerlapnya harta, tahta, dan popularitas ternyata tak membuat hidup mereka terjamin. Tekanan media massa, cemoohan penggemar, dan padatnya jadwal menjadi faktor utama munculnya depresi. Tak dapat dimungkiri depresi menjadi salah satu penyebab utama orang bunuh diri. Depresi tak hanya muncul ketika seseorang dalam keadaan lemah/kekurangan. Ternyata kekayaan yang menekan juga dapat membuat seseorang depresi. Coba kita lihat artis mati karena bunuh diri. Rata-rata mereka semua sedang naik daun. Digandrungi banyak penggemar dan fans fanatik.
Dari beberapa kematian artis yang tragis. Kita sama-sama ambil hikmahnya. Harta, tahta, dan popularitas tak menjamin kehidupan seseorang. Tak menjamin pula kebahagiaan dan kesedihaan seseorang. Kehidupan yang kita miliki sepenuhnya menjadi tanggung jawab kita. Kebahagian tidak bisa diukur dari banyaknya harta, tahta, dan popularitas. Begitu pun sebaliknya Kesengsaraan juga tidak bisa diukur dari banyaknya harta, tahta, dan popularitas. Semua punya tingkatan masing-masing.
Sebagai orang yang percaya akan adanya Tuhan. Sudah selayaknya kita mengembalikan itu semua kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menyadari dan mengimani bahwa dunia ini hanyalah sandiwara semata. Bisa menjadi kunci kita terhindar dari depresi yang berakhir dengan bunuh diri. Bentuk sederhananya adalah pandai-pandailah beryukur dan rendah hati. Layaknya padi, semakin berisi semakin menunduk. Filosofi yang sepatutnya kita gunakan dalam menjalani kehidupan yang fana ini.
Tulisan ini hanyalah asumsi penulis semata. Kalau masing-masing dari kita punya pandangan yang berbeda ya silakan. Lagi-lagi buruk dan baiknya kehidupan yang kita jalani semua ada di tangan kita. Kitalah yang menentukan sendiri. Bahagia dan sedih tak bisa diukur dari satu sudut pandang. Tetapi bahagia dan sedih punya cara nya masing-masing. Bagaimana caranya? Kita lah yang menentukan caranya.
sekian.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar