Sudah jadi tuntutan siswa untuk mengikuti tata tertib sekolah. Senang gak senang, mau gak mau ya harus ngikutin. Alasan nya, itu sudah jadi aturan yang berlaku. Kalau gak ngikutin ya siap-siap terima sanksi.
Tata tertib masing-masing sekolah/lembaga pendidikan berbeda-beda. Semua bergantung dari situasi sosial budaya dan norma yang berlaku. Tentu, pihak sekolah sudah mempertimbangkan semua tata tertib nya. Baik dan buruknya sudah didiskusikan bersama. Ya lagi-lagi sebagai siswa yang baik harus ngikutin tata tertib. Toh tujuannya bukan mengekang, tetapi menanamkan kedisiplinan.
Satu tata tertib yang sering jadi perdebatan siswa ialah aturan rambut. Banyak siswa yang menyangkal, dengan dalih, "rambut kan gak berpengaruh ke pelajaran". Hmmm, kalimat kritis yang menurut penulis salah tempat dan gak sepatutnya dikatakan oleh siswa. Okelah kalau itu kita anggap sebagai aspirasi siswa dalam menyampaikan pendapat nya. Tetapi yang perlu diingat, yang menjadi kalimat ini salah tempat adalah karena aturan yang dikritik aturan yang baik. Siswa boleh mengkritisi setiap aturan, Karena itu bagian dari kepedulian siswa terhadap sekolah nya.
Coba kita balik lagi ke kalimat, "rambut gak berpengaruh ke pelajaran". Ya memang gak ngaruh, siapa yang bilang kalau rambut ngaruh ke pelajaran. Nah ini yang belum dipahami siswa-siswa. Para siswa belum mampu dalam menentukan baik dan buruk. Aturan dibuat agar siswa dapat menjadi manusia yang disiplin. sehingga nantinya jika mereka sudah dewasa, mereka bisa menentukan sendiri mana yang pantas dan mana yang tidak pantas. Lagi-lagi aturan itu dibuat untuk siswa dan yang merasakan hasilnya pun siswa juga.
Kalau masih ngeyel, ya silakan saja. Tapi sebagai orang yang terpelajar tak sepantasnya menolak hal yang baik buat dirinya. Masa kaum terpelajar gak mau tampil rapih. Gak mewakili sama sekali kata "terpelajar". Malah menodai dan membuat persepsi orang tentang kaum terpelajar berubah. Jadi Kaum terpelajar dikenal ngeyel, keras kepala, dan sok tau. Persis kaum barbar. (Baca tulisan "Barbar Udah Gak Zaman).
Misalkan kita ambil dari sudut pandang agama, justru agama senang dengan umat nya yang rapih. Umat Islam diminta berpenampilan rapih ketika Salat. Umat Nasrani pun diminta berpenampilan rapih ketika ibadah di gereja. Kemudian umat Hindu dan Budha pun sama diminta untuk berpakaian rapih ketika sedang beribadat. Jadi jelas, kata rapih berlaku untuk semua umat. Lantas apa yang membuat siswa ngeyel. Ya mungkin, siswa masih mengedepankan nafsu dan ego nya.
Diakhir tulisan ini penulis hanya berpesan. tata tertib yang berlaku itu, untuk kebaikan kita semua. Gak ada satu aturan pun yang merugikan insha Allah semuanya bermanfaat. Tuhan menciptakan manusia dan hewan itu berbeda. Apa yang membuat nya berbeda, hewan tidak memiliki akal dan hati. Sedangkan manusia punya akal dan hati. Maka dari itu bertingkah laku lah layaknya manusia. Mahkluk yang dianugerahi akal dan hati. Jadi, janganlah susah untuk tampil rapih, toh semua untuk kebaikan kita bersama. Berpikirlah sebelum bertindak, dan bertindaklah dengan pikiran.
Selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar