Di penghujung tahun 2019 sudah banyak cerita yang kita lalui. Senang, bahagia, duka, dan sedih sudah kita lewati. Pro dan kontra selalu menyertai perjalanan hidup kita masing-masing . Terbukti kita adalah manusia yang mampu menjalani tiap proses yang dijalani.
Bukan tentang perayaan yang selalu gegap gempita. Tetapi ini tentang perjalanan hidup yang kita jalani. Sudah sampai mana kita saat ini. Sudah puaskah kita dengan diri sendiri. Atau apa hal yang harus kita perbaiki kedepannya. Artinya ini adalah tentang diri kita.
Hidup yang kita jalani ini sudah bermanfaatkah untuk orang lain. Jika sudah maka hal itu perlu kita pertahankan. Namun, jika belum maka segera kita perbaiki. Karena hal terbaik dari diri manusia adalah bermanfaat bagi orang lain.
Manusia yang bisa bermanfaat untuk orang lain ia akan kekal. Kebaikannya yang kita tanam akan membuahkan hasil yang tiada henti. Sekalipun kita tidak lagi di dunia ini. Dalam hal ini agama menyebutkan istilah tersebut sebagai manusia yang berumur panjang.
Disini agama menekankan umur panjang adalah kualitas diri manusia. Diri yang berkualitas akan memberikan efek yang baik kepada sesama manusia. Artinya kebaikan yang kita lakukan akan terus mengalir kepada siapa pun.
Sudah jadi hal harus kita lakukan setiap saat yakni memperbaiki diri. Baik secara horizontal maupun secara vertikal. Sehingga nantinya kesinambungan hidup akan berjalan dengan baik. Dengan demikian nantinya kita akan menemukan esensi hidup yang sesungguhnya.
Jadikan momen tahun baru sebagai alat memperbaiki kualitas diri. Baik kualitas secara horizontal maupun kualitas secara vertikal .
Selasa, 31 Desember 2019
Senin, 23 Desember 2019
Saudara Nonmuslim Silakan Nikmati Dengan Penuh Sukacita
Hampir setiap tahun hal ini selalu di bahas dikalangan masyarakat kita. Pembahasan atau perdebatan perihal ucapan selamat hari raya kepada agama lain. Pro dan kontra sudah pasti bermunculan. Ada yang mengatakan boleh. Ada pula yang mengatakan tidak boleh.
Penulis sendiri tidak berani mengatakan apakah ini boleh atau tidak. Karena ini menyangkut keagamaan yang sangat sensitif. Adapun yang ingin penulis sampaikan ialah kita berhak memilih. Karena kita sebagai hamba Allah sudah dibekali akal dan hati. Masing-masing dari kita berhak menentukan dan memilih tanpa ada tekanan dari siapa pun.
Ulama ini mengatakan boleh. Ulama yang lain mengatakan tidak boleh. Nah jika ada perbedaan seperti itu kita selaku muslim diperkenankan untuk memilih. Karena perbedaan itu sengaja Allah ciptakan agar kita saling mengenal, menghargai, dan memahami. Sebagai negara dengan berbagai macam perbedaan indonesia layak menjadi contoh. Contoh untuk dunia dan menegaskan bahwa perbedaan bukanlah masalah.
Kembali ke pembahasan ucapan hari raya. Penulis mengajak kita semua untuk sama-sama saling menghargai. Maksudnya apa? Maksudnya adalah membebaskan orang untuk menikmati pilihan nya tanpa harus mendiskriminasikannya. Jika sebagian dari kita berpendapat bahwa hal tersebut boleh ya silakan saja. Begitu pun sebaliknya, jika ada yang berpendapat bahwa hal tersebut tidak boleh ya silakan itu tidak masalah.
Hal yang perlu digarisbawahi adalah kedewasaan kita menerima pendapat dan opini orang lain. Serta menyadari bahwa kita hidup bersama -sama. Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha dan Konghucu hidup berdampingan di tengah -tengah masyarakat Indonesia. Jadi sudah sewajarnya kita bisa menghargai itu semua.
Sebagai seorang muslim sudah selayaknya kita menebar kebaikan dan kedamaian. Karena Islam sendiri adalah agama yang cinta kebaikan dam kedamaian. Serta tidak melegalkan kekerasan dalam penyampaiannya.
Penulis ingin menyampaikan buat saudara nonmuslim. Silakan kalian menikmati hari -hari Raya sesuai dengan keyakinan masing-masing. Kalau penulis tidak mengucapkan bukan berarti penulis benci dengan kalian. Kita memang berbeda dari segi keyakinannya. Tapi kita sama dari segi kecintaan terhadap kebaikan dan kedamaian. Kita sama -sama cinta kebaikan dan menyukai kedamaian. Maka dari itu, fokuslah pada persamaan yang menyatukan. Bukan pada perbedaan yang saling menjauhkan.
Sekian
Salam kebaikan dan perdamaian....
Penulis sendiri tidak berani mengatakan apakah ini boleh atau tidak. Karena ini menyangkut keagamaan yang sangat sensitif. Adapun yang ingin penulis sampaikan ialah kita berhak memilih. Karena kita sebagai hamba Allah sudah dibekali akal dan hati. Masing-masing dari kita berhak menentukan dan memilih tanpa ada tekanan dari siapa pun.
Ulama ini mengatakan boleh. Ulama yang lain mengatakan tidak boleh. Nah jika ada perbedaan seperti itu kita selaku muslim diperkenankan untuk memilih. Karena perbedaan itu sengaja Allah ciptakan agar kita saling mengenal, menghargai, dan memahami. Sebagai negara dengan berbagai macam perbedaan indonesia layak menjadi contoh. Contoh untuk dunia dan menegaskan bahwa perbedaan bukanlah masalah.
Kembali ke pembahasan ucapan hari raya. Penulis mengajak kita semua untuk sama-sama saling menghargai. Maksudnya apa? Maksudnya adalah membebaskan orang untuk menikmati pilihan nya tanpa harus mendiskriminasikannya. Jika sebagian dari kita berpendapat bahwa hal tersebut boleh ya silakan saja. Begitu pun sebaliknya, jika ada yang berpendapat bahwa hal tersebut tidak boleh ya silakan itu tidak masalah.
Hal yang perlu digarisbawahi adalah kedewasaan kita menerima pendapat dan opini orang lain. Serta menyadari bahwa kita hidup bersama -sama. Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha dan Konghucu hidup berdampingan di tengah -tengah masyarakat Indonesia. Jadi sudah sewajarnya kita bisa menghargai itu semua.
Sebagai seorang muslim sudah selayaknya kita menebar kebaikan dan kedamaian. Karena Islam sendiri adalah agama yang cinta kebaikan dam kedamaian. Serta tidak melegalkan kekerasan dalam penyampaiannya.
Penulis ingin menyampaikan buat saudara nonmuslim. Silakan kalian menikmati hari -hari Raya sesuai dengan keyakinan masing-masing. Kalau penulis tidak mengucapkan bukan berarti penulis benci dengan kalian. Kita memang berbeda dari segi keyakinannya. Tapi kita sama dari segi kecintaan terhadap kebaikan dan kedamaian. Kita sama -sama cinta kebaikan dan menyukai kedamaian. Maka dari itu, fokuslah pada persamaan yang menyatukan. Bukan pada perbedaan yang saling menjauhkan.
Sekian
Salam kebaikan dan perdamaian....
Sabtu, 21 Desember 2019
Biasa ! Ikut-ikutan
Banyak diantara kita yang tidak sadar. Tidak sadar dari sebuah kekeliruan. Tanpa kita sadari perbuatan tersebut terus kita lakukan. Bahkan terus bertambah dan meningkat.
Bila kita balik ke masa lampau. Saat masih kecil kita selalu berimajinasi. Membayangkan bahwa diri kita adalah seorang pahlawan hebat. Super Hero yang memiliki kekuatan super. Itu semua kita lakukan karena kita mengikuti tanyangan favorit. Ya film Power Ranger menjadi film favorit kita saat masih kecil.
Melakukan sesuatu berdasarkan apa yang kita lihat memang tidak salah. Apalagi hal tersebut adalah sesuatu yang kita sukai. Ya sah-sah aja. Namun hal tersebut bisa saja salah jika kita tidak berhati-hati.
Budaya ikut-ikutan sudah sejak lama kita lakukan. Hal ini berlaku juga untuk penulis. Tanpa kita sadari sebagian dari apa yang kita lakukan bersumber dari " ikut-ikutan". Apa yang sedang trend kita ikuti . Mulai dari pakaian, musik, challenge, dan lain sebagainya kita ikuti. Bukan bermaksud untuk menggurui. Tetapi sudah selayaknya kita harus memilih dan memilah. Mana yang harus kita ikuti dan mana yang tidak pantas untuk diikuti.
Sebut saja Budaya barat, budaya Cina, atau bahkan budaya Korea. Poros trend yang sedang naik daun. Ketiga nya tidak akan jadi masalah jika kita pandai dalam memilih dan memilah. Mana yang baik dan mana yang tidak baik. Penilaian itu kita sendiri yang melakukan nya. Tanpa mendiskriminasikan penilaian orang lain.
Ya semua budaya sah-sah saja kita ikuti. Ambil baiknya buang buruknya. Jangan sampai kita menjadi kaum yang doyan ikut-ikutan. Gak berpikir sebelum bertindak. Selama itu keren ikutin aja. Ya intinya jangan jadi manusia yang pasrah.
Kita sama-sama punya tubuh yang sudah Tuhan ciptakan dengan sempurna. Tentu sempurna di mata Tuhan Yang Maha Esa. Pikiran dan hati yang kita miliki sudah selayaknya kita gunakan dengan bijak. Ikut-ikutan gak salah. Boleh-boleh saja kita ikuti. Tapi, jika apa yang kita ikuti itu buruk lebih baik jangan diikuti.
Oleh karena itu, kita perlu berprinsip dalam mengarungi kehidupan. Bahasa sederhana nya harus punya konsep dan komitmen. Itu perlu, karena dengan begitu kita tidak akan jadi manusia yang pasrah. Tapi akan menjadi manusia yang tidak tergoyahkan oleh goncangan sebesar apapun. Prinsip hidup sama seperti akar pohon. Semakin dalam, maka kekuatan nya akan bertambah dan tak akan tergoyahkan.
Senin, 16 Desember 2019
Satu per Satu
Tiap dari kita memerlukan tahapan untuk mencapai sesuatu. Sebuah perjalanan pun membutuhkan waktu untuk sampai ke tempat yang dituju. Tak ada sesuatu yang diraih dengan sekejap mata. Semua butuh proses. Ada tahapan yang harus dilalui. Seorang bayi yang baru lahir pun tidak langsung bisa berbicara dan berjalan. Butuh waktu beberapa bulan untuk bisa berbicara dan berjalan. Bahkan si bayi harus jatuh bangun agar dapat berjalan. Dari hal tersebut kita bisa ambil hikmahnya. Bahwa semua hal di dunia ini membutuhkan proses.
Contoh lainnya, makanan yang kita konsumsi tidak serta merta langsung menjadi kotoran. Untuk menjadi kotoran harus melewati proses pencernaan. Ya dua contoh tersebut bisa menjadi rujukan kita untuk melalui semua dengan proses yang baik.
Mau pintar ya belajar, Mau jago nyanyi ya berlatih, Mau jadi penulis ya rajin membaca dan menulis, Mau kurus ya diet, dan sebagainya. Jadi yang perlu kita pahami adalah belajar untuk mencintai proses. Belajar bersabar melewati tahap demi tahap perjalanan hidup.
Sesuatu yang didapat dengan cara instan akan mudah hilang dan lenyap. Tetapi jika sesuatu itu kita raih dengan rantaian proses yang panjang maka hasil yang didapat pun akan bertahan lama. Jangan berpikir tentang hasil. Tetapi berpikirlah untuk terus berusaha. Seperti yang pernah disampaikan oleh para guru bahwa "Usaha tidak akan pernah menghianati hasil". Jadi berusaha dan berproseslah untuk mencapai sesuatu. Buat dapetin jodoh aja perlu usaha(hehehe).
Jadi, poin terpentingnya adalah cintai dan hargailah proses yang sedang kita jalani. Karena dengan mencinta proses maka kita sedang belajar tentang arti syukur yang sebenarnya. Tuhan pun berjanji "Barang siapa yang mensyukuri nikmatKu maka akan Ku limpahkan rejeki yang berlipat ganda. Oleh karena itu, jadilah manusia yang terus berusaha, beryukur dan tetap rendah hati.
Contoh lainnya, makanan yang kita konsumsi tidak serta merta langsung menjadi kotoran. Untuk menjadi kotoran harus melewati proses pencernaan. Ya dua contoh tersebut bisa menjadi rujukan kita untuk melalui semua dengan proses yang baik.
Mau pintar ya belajar, Mau jago nyanyi ya berlatih, Mau jadi penulis ya rajin membaca dan menulis, Mau kurus ya diet, dan sebagainya. Jadi yang perlu kita pahami adalah belajar untuk mencintai proses. Belajar bersabar melewati tahap demi tahap perjalanan hidup.
Sesuatu yang didapat dengan cara instan akan mudah hilang dan lenyap. Tetapi jika sesuatu itu kita raih dengan rantaian proses yang panjang maka hasil yang didapat pun akan bertahan lama. Jangan berpikir tentang hasil. Tetapi berpikirlah untuk terus berusaha. Seperti yang pernah disampaikan oleh para guru bahwa "Usaha tidak akan pernah menghianati hasil". Jadi berusaha dan berproseslah untuk mencapai sesuatu. Buat dapetin jodoh aja perlu usaha(hehehe).
Jadi, poin terpentingnya adalah cintai dan hargailah proses yang sedang kita jalani. Karena dengan mencinta proses maka kita sedang belajar tentang arti syukur yang sebenarnya. Tuhan pun berjanji "Barang siapa yang mensyukuri nikmatKu maka akan Ku limpahkan rejeki yang berlipat ganda. Oleh karena itu, jadilah manusia yang terus berusaha, beryukur dan tetap rendah hati.
Selasa, 10 Desember 2019
Itu Pilihan
Sebagai negara dengan berbagai macam budaya dan etnis tak membuat negara ini terpecah belah. Justru persatuan dan persaudaraan terbentuk di negeri ini. Semua saling menghargai dan menghormati segala perbedaan yang ada. tak memandang suku dan agama semua perdampingan menebar senyuman.
Sudah terlalu jenuh kita berkutat pada masalah yang seharusnya tidak menjadi masalah. Hal-hal sepele terlalu dibesar-besarkan. seakan tidak ada hal yang lebih penting untuk di bahas.
Baru saja kita lepas dari pertarungan politik antara cebong dan kampret. mungkin masih menyisakan bekas sampai saat ini. Namun tidak seintens dulu saat pilpres berlangsung.
Kedewasaan tak mengenal usia. Banyak dari kita yang hanya memahami dewasa itu perihal umur. Padahal makna nya jauh dari itu. Dewasa sebenarnya adalah cara kita bersikap dan berpikir. Semakin baik bersikap dan berpikir,maka semakin dewasa kita sebagai manusia.
Hidup ini selalu menyediakan pilihan. Setiap dari kita pasti dihadapkan pada sebuah pilihan. Pilihan ini atau itu, Iya atau tidak, suka atau benci, dan sebagainya. Penentu pilihan nya adalah kita bukan orang lain. Orang lain hanya berperan sebagai pemberi saran.
Terkadang kita salah dalam mengambil posisi. Jatah yang seharusnya menjadi milik orang lain kita ambil. Sedangkan jatah yang kita punya malah kita abaikan.
Kembali kepada pembahasan perihal kedewasaan. Orang yang dewasa tidak hanya dilihat dari usia dan kondisi fisik. Tetapi dilihat dari cara ia berpikir dan bersikap. Semakin dewasa dalam berpikir dan bersikap maka toleransi yang ia miliki akan semakin tinggi pula. Tidak menjadi orang yang idealis. Apa-apa harus sesuai dengan apa yang ia mau. Justru malah akan semakin terbuka pikirannya untuk menerima semua perbedaan yang ada.
Atlet nasional Bambang Pamungkas pernah memberikan sebuah kutipan yang lebih kurang seperti ini " Tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa adalah sebuah pilihan". Ya kutipan yang sederhana namun bermakna. Memberi pemahaman bahwa dewasa itu bukan tentang umur semata. Tetapi lagi-lagi tentang cara kita bersikap dan berpikir.
Pilihan itu selalu ada dan akan terus menghampiri. Ketika kita sudah memilih pilihan tersebut maka nikmatilah. Jangan malah "ngedumel" tanpa maksud jelas. Karena dengan kita menikmati pilihan tersebut, artinya kita sudah mampu mensyukuri jalan hidup yang kita pilih.
Baik atau buruk itu relatif. Masing-masing dari kita punya penilaian tersendiri. Beda penilaian itu lumrah terjadi. Tetapi saling menghargai dan menghormati rasanya masih kurang dipahami oleh sebagian dari kita. Semua itu pilihan. Setuju atau tidaknya semua ada di tangan kita masing-masing. Jadi baik pilihan dan jadi jahat pun pilihan. Dengan demikian, dewasalah dalam berpikir dan bersikap karena semuanya akan kembali ke diri kita masing-masing.
Sudah terlalu jenuh kita berkutat pada masalah yang seharusnya tidak menjadi masalah. Hal-hal sepele terlalu dibesar-besarkan. seakan tidak ada hal yang lebih penting untuk di bahas.
Baru saja kita lepas dari pertarungan politik antara cebong dan kampret. mungkin masih menyisakan bekas sampai saat ini. Namun tidak seintens dulu saat pilpres berlangsung.
Kedewasaan tak mengenal usia. Banyak dari kita yang hanya memahami dewasa itu perihal umur. Padahal makna nya jauh dari itu. Dewasa sebenarnya adalah cara kita bersikap dan berpikir. Semakin baik bersikap dan berpikir,maka semakin dewasa kita sebagai manusia.
Hidup ini selalu menyediakan pilihan. Setiap dari kita pasti dihadapkan pada sebuah pilihan. Pilihan ini atau itu, Iya atau tidak, suka atau benci, dan sebagainya. Penentu pilihan nya adalah kita bukan orang lain. Orang lain hanya berperan sebagai pemberi saran.
Terkadang kita salah dalam mengambil posisi. Jatah yang seharusnya menjadi milik orang lain kita ambil. Sedangkan jatah yang kita punya malah kita abaikan.
Kembali kepada pembahasan perihal kedewasaan. Orang yang dewasa tidak hanya dilihat dari usia dan kondisi fisik. Tetapi dilihat dari cara ia berpikir dan bersikap. Semakin dewasa dalam berpikir dan bersikap maka toleransi yang ia miliki akan semakin tinggi pula. Tidak menjadi orang yang idealis. Apa-apa harus sesuai dengan apa yang ia mau. Justru malah akan semakin terbuka pikirannya untuk menerima semua perbedaan yang ada.
Atlet nasional Bambang Pamungkas pernah memberikan sebuah kutipan yang lebih kurang seperti ini " Tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa adalah sebuah pilihan". Ya kutipan yang sederhana namun bermakna. Memberi pemahaman bahwa dewasa itu bukan tentang umur semata. Tetapi lagi-lagi tentang cara kita bersikap dan berpikir.
Pilihan itu selalu ada dan akan terus menghampiri. Ketika kita sudah memilih pilihan tersebut maka nikmatilah. Jangan malah "ngedumel" tanpa maksud jelas. Karena dengan kita menikmati pilihan tersebut, artinya kita sudah mampu mensyukuri jalan hidup yang kita pilih.
Baik atau buruk itu relatif. Masing-masing dari kita punya penilaian tersendiri. Beda penilaian itu lumrah terjadi. Tetapi saling menghargai dan menghormati rasanya masih kurang dipahami oleh sebagian dari kita. Semua itu pilihan. Setuju atau tidaknya semua ada di tangan kita masing-masing. Jadi baik pilihan dan jadi jahat pun pilihan. Dengan demikian, dewasalah dalam berpikir dan bersikap karena semuanya akan kembali ke diri kita masing-masing.
Sabtu, 07 Desember 2019
Pikiran Kotor Muncul
Pernah sesekali dalam benak kita tersirat sebuah pikiran kotor. Pikiran yang datang tiba-tiba. Tanpa memandang situasi dan kondisi. Semua orang pasti pernah mengalami nya. Tapi yang membedakan hanyalah seberapa kuat kita menahan atau bahkan menghindari pikiran kotor tersebut.
Pikiran kotor muncul tanpa maksud yang jelas. Tapi biasa nya pikiran itu akan mudah muncul ketika kita dalam situasi tertekan. Situasi ketika jalan pikiran kita sedang terhambat faktor eksternal. Seperti tekanan tugas, waktu, ekonomi dan lain sebagainya. Ya tekanan-tekanan dari luar sangat berpengaruh terhadap diri seseorang.
Jika digambarkan seperti ini. Banyak maling yang tertangkap. ketika ditanya mengapa anda mencuri? Ya jawabannya tidak akan jauh dari faktor ekonomi. Rata rata pelaku akan jawab demikian. Sama halnya yang terjadi ketika seorang siswa kedapatan menyontek. Ya jawabannya juga tidak akan jauh dari "takut nilainya jelek.
Kembali lagi ke pembahasan tentang pikiran kotor. Sudah kita ketahui bersama bahwa manusia itu kadang bisa seperti malaikat kadang bisa seperti setan. Itu semua bergantung pada kadar iman dan nafsu seseorang . Ada kalanya iman itu naik maka manusia tersebut bisa berperilaku selembut malaikat. Ada kalanya pula nafsu itu naik maka yang akan terjadi manusia tersebut dapat berperilaku seperti setan.
Adapun kejadian kejadian kriminalitas yang sering terjadi bisa dijadikan indikator bahwa pikiran kotor masih menguasai diri kita. Iman atau pikiran sehat tak kuat menahan tekanan nafsu yang terus menekan. Sehingga yang terjadi adalah munculnya tindakan-tindakan di luar nilai dan norma yang berlaku.
Contoh sederhana lainnyanya. Misal ada orang yang sedang jalan tiba-tiba ditengah jalan ia melihat ada dompet. Kondisi dompet tersebut masih mulus dan isi nya cukup tebal. Nah melihat kondisi seperti itu maka pertarungan antara iman dan nafsu berlangsung. Kata si iman "udah jangan diambil itu hak orang, lebih baik kembali saja ke pemiliknya". Kemudian si nafsu coba merayu "lah gausah banyak mikir ambil aja lumayan duit nya".
Penggalan cerita tersebut hanya ingin menggambarkan bahwa iman dan nafsu selalu berdampingan. Saling bersaing satu sama lain. Semua orang pasti mengalami kondisi seperti itu.
Dominasi siapa yang akan menguasai bergantung pada diri kita masing-masing. Toh nantinya yang akan menerima hasil nya adalah diri kita masing-masing juga. Tapi yang jelas kita berhak memilih pilihan yang tersedia. Jika layak ambilah. Namun jika tidak layak ya tinggal buang saja.
Hidup ini selalu dihadapkan pada 2 pilihan. Iya atau tidak. Jika suka silakan katakan iya jika tidak suka tinggal bilang tidak. Andai kata ada yang tidak terima. Ya sah sah saja. Kita hidup berdemokrasi jadi biasakan untuk menerima semua tanggapan yang melayang kepada diri kita.
Pikiran kotor selalu menghampiri manusia. Sekalipun ia orang alim pasti ada saja sekelumit pikiran kotor yang muncul tiba-tiba.
Jadi, setiap dari kita pasti pernah suuzon. Terealisasikan atau tidak semua kembali ke diri masing masing. Jika ingin terhindar,maka dekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Semakin tebal iman semakin kuat pula pikiran positif menguasai diri. Semoga kita selalu berpikiran positif.
Sekian.,...
Pikiran kotor muncul tanpa maksud yang jelas. Tapi biasa nya pikiran itu akan mudah muncul ketika kita dalam situasi tertekan. Situasi ketika jalan pikiran kita sedang terhambat faktor eksternal. Seperti tekanan tugas, waktu, ekonomi dan lain sebagainya. Ya tekanan-tekanan dari luar sangat berpengaruh terhadap diri seseorang.
Jika digambarkan seperti ini. Banyak maling yang tertangkap. ketika ditanya mengapa anda mencuri? Ya jawabannya tidak akan jauh dari faktor ekonomi. Rata rata pelaku akan jawab demikian. Sama halnya yang terjadi ketika seorang siswa kedapatan menyontek. Ya jawabannya juga tidak akan jauh dari "takut nilainya jelek.
Kembali lagi ke pembahasan tentang pikiran kotor. Sudah kita ketahui bersama bahwa manusia itu kadang bisa seperti malaikat kadang bisa seperti setan. Itu semua bergantung pada kadar iman dan nafsu seseorang . Ada kalanya iman itu naik maka manusia tersebut bisa berperilaku selembut malaikat. Ada kalanya pula nafsu itu naik maka yang akan terjadi manusia tersebut dapat berperilaku seperti setan.
Adapun kejadian kejadian kriminalitas yang sering terjadi bisa dijadikan indikator bahwa pikiran kotor masih menguasai diri kita. Iman atau pikiran sehat tak kuat menahan tekanan nafsu yang terus menekan. Sehingga yang terjadi adalah munculnya tindakan-tindakan di luar nilai dan norma yang berlaku.
Contoh sederhana lainnyanya. Misal ada orang yang sedang jalan tiba-tiba ditengah jalan ia melihat ada dompet. Kondisi dompet tersebut masih mulus dan isi nya cukup tebal. Nah melihat kondisi seperti itu maka pertarungan antara iman dan nafsu berlangsung. Kata si iman "udah jangan diambil itu hak orang, lebih baik kembali saja ke pemiliknya". Kemudian si nafsu coba merayu "lah gausah banyak mikir ambil aja lumayan duit nya".
Penggalan cerita tersebut hanya ingin menggambarkan bahwa iman dan nafsu selalu berdampingan. Saling bersaing satu sama lain. Semua orang pasti mengalami kondisi seperti itu.
Dominasi siapa yang akan menguasai bergantung pada diri kita masing-masing. Toh nantinya yang akan menerima hasil nya adalah diri kita masing-masing juga. Tapi yang jelas kita berhak memilih pilihan yang tersedia. Jika layak ambilah. Namun jika tidak layak ya tinggal buang saja.
Hidup ini selalu dihadapkan pada 2 pilihan. Iya atau tidak. Jika suka silakan katakan iya jika tidak suka tinggal bilang tidak. Andai kata ada yang tidak terima. Ya sah sah saja. Kita hidup berdemokrasi jadi biasakan untuk menerima semua tanggapan yang melayang kepada diri kita.
Pikiran kotor selalu menghampiri manusia. Sekalipun ia orang alim pasti ada saja sekelumit pikiran kotor yang muncul tiba-tiba.
Jadi, setiap dari kita pasti pernah suuzon. Terealisasikan atau tidak semua kembali ke diri masing masing. Jika ingin terhindar,maka dekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Semakin tebal iman semakin kuat pula pikiran positif menguasai diri. Semoga kita selalu berpikiran positif.
Sekian.,...
Kamis, 05 Desember 2019
Belum Tentu Sempurna
Sebuah kalimat yang sarat akan makna. Sebagian dari kita pasti pernah membaca atau mendengarnya. "Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna". Kalimat yang bisa dijadikan bahan renungan buat kita sebagai hamba Tuhan. Menandai bahwa dunia yang fana ini tak ada manusia yang sempurna. Semua pernah salah, semua punya dosa. Jadi sebagai sesama pendosa jangan saling menghakimi. Lebih baik sama-sama intropeksi diri.
Seorang Kiai ternama Jawa Timur pernah mengatakan dalam sebuah pengajian "Sebenarnya kita ini sama-sama pendosa, tetapi berbeda cara dalam berbuat dosa". Sebuah kalimat menusuk kepada kita yang sok suci. Kita yang sibuk ngurusin dosa orang lain tapi lupa sama dosa sendiri. Inilah yang harus sama-sama kita benahi.
Seorang pemimpin bisa saja berbuat dosa dengan cara korupsi. Seorang dokter juga bisa berbuat dosa dengan cara memberikan harga tinggi tiap kali pasien berobat. TNI dan Polri pun sama bisa saja berbuat dosa dengan cara memanfaatkan jabatannya untuk meraup keuntungan. Seorang karyawan pun bisa berbuat dosa dengan cara memainkan data perusahaan demi ambisinya menjadi orang kaya. Seorang guru pun sama bisa berbuat dosa dengan cara memanfaatkan murid-muridnya sebagai ladang bisnis yang tak semestinya. Begitu pun dengan profesi-profesi yang lain. Semua bergantung pada jalan mana yang kita pilih.
Tidak ada maksud untuk menjatuhkan semua profesi. Ini hanya keresahan penulis terhadap kondisi sosial yang ada. Banyak orang yang menyibukkan dirinya untuk ngurusin urusan orang lain. mulai dari penghasilannya, keluargnya, rumah dan hartanya serta masih banyak lagi. Hal yang gak penting pun terkadang jadi pembahasan yang gak berujung. Jika dibiarkan maka yang akan terjadi adalah toleransi dan sikap hormat dikalangan masyarakat akan hilang.
Belajarlah untuk tidak menjadi orang yang munafik. Mengatakan ini tidak boleh, tetapi ia sendiri melakukan hal tersebut. Apa yang disampaikan dengan apa yang dilakukan saling bertolak belakang. Bahaya karakter ini jika terus dibiarkan. Tidak usah buru-buru menghilangkannya. Perubahan perlu tahapan dan proses.
Ubahlah hal tersebuat dari diri sendiri. Tak usah risaukan orang lain. Fokuslah pada perbaikan diri kita masing-masing. Kalau pun kita tidak punya andil besar terhadap negara, setidaknya kita tidak menjadi beban untuk negara."Orang baik bukanlah orang yang mengaku dirinya baik. Tetapi orang baik adalah orang yang mengakui dan menyadari bahwa diri nya salah. Kemudian berusaha melakukan kebaikkan dengan cara yang baik untuk mendapatkan hasil yang terbaik". Begitulah sepenggal ceramah KH Anwar Zahid dalam sebuah pengajian. Jadi jelas sudah, kita sebagai manusia belum tentu sempurna dibandingkan dengan orang lain.. Tidak usah urus dosa orang lain, uruslah dosa kita masing-masing.
Tugas kita hanya mengingatkan bukan memaksa orang untuk mengikuti apa yang kita percayai. Ibarat bebek dan ayam. Bebek memaksa ayam untuk berenang. Tetapi yang terjadi malah bebek membahayakan ayam karena ayam tenggelam disungai.
Sekian semoga bermanfaat...
Seorang Kiai ternama Jawa Timur pernah mengatakan dalam sebuah pengajian "Sebenarnya kita ini sama-sama pendosa, tetapi berbeda cara dalam berbuat dosa". Sebuah kalimat menusuk kepada kita yang sok suci. Kita yang sibuk ngurusin dosa orang lain tapi lupa sama dosa sendiri. Inilah yang harus sama-sama kita benahi.
Seorang pemimpin bisa saja berbuat dosa dengan cara korupsi. Seorang dokter juga bisa berbuat dosa dengan cara memberikan harga tinggi tiap kali pasien berobat. TNI dan Polri pun sama bisa saja berbuat dosa dengan cara memanfaatkan jabatannya untuk meraup keuntungan. Seorang karyawan pun bisa berbuat dosa dengan cara memainkan data perusahaan demi ambisinya menjadi orang kaya. Seorang guru pun sama bisa berbuat dosa dengan cara memanfaatkan murid-muridnya sebagai ladang bisnis yang tak semestinya. Begitu pun dengan profesi-profesi yang lain. Semua bergantung pada jalan mana yang kita pilih.
Tidak ada maksud untuk menjatuhkan semua profesi. Ini hanya keresahan penulis terhadap kondisi sosial yang ada. Banyak orang yang menyibukkan dirinya untuk ngurusin urusan orang lain. mulai dari penghasilannya, keluargnya, rumah dan hartanya serta masih banyak lagi. Hal yang gak penting pun terkadang jadi pembahasan yang gak berujung. Jika dibiarkan maka yang akan terjadi adalah toleransi dan sikap hormat dikalangan masyarakat akan hilang.
Belajarlah untuk tidak menjadi orang yang munafik. Mengatakan ini tidak boleh, tetapi ia sendiri melakukan hal tersebut. Apa yang disampaikan dengan apa yang dilakukan saling bertolak belakang. Bahaya karakter ini jika terus dibiarkan. Tidak usah buru-buru menghilangkannya. Perubahan perlu tahapan dan proses.
Ubahlah hal tersebuat dari diri sendiri. Tak usah risaukan orang lain. Fokuslah pada perbaikan diri kita masing-masing. Kalau pun kita tidak punya andil besar terhadap negara, setidaknya kita tidak menjadi beban untuk negara."Orang baik bukanlah orang yang mengaku dirinya baik. Tetapi orang baik adalah orang yang mengakui dan menyadari bahwa diri nya salah. Kemudian berusaha melakukan kebaikkan dengan cara yang baik untuk mendapatkan hasil yang terbaik". Begitulah sepenggal ceramah KH Anwar Zahid dalam sebuah pengajian. Jadi jelas sudah, kita sebagai manusia belum tentu sempurna dibandingkan dengan orang lain.. Tidak usah urus dosa orang lain, uruslah dosa kita masing-masing.
Tugas kita hanya mengingatkan bukan memaksa orang untuk mengikuti apa yang kita percayai. Ibarat bebek dan ayam. Bebek memaksa ayam untuk berenang. Tetapi yang terjadi malah bebek membahayakan ayam karena ayam tenggelam disungai.
Sekian semoga bermanfaat...
Langganan:
Postingan (Atom)