Berbicara mengenai negeri ini memang tidak akan ada habisnya. Segudang problematika terus dihadapi oleh bangsa yang kita cintai ini. Pro dan kontra selalu menyelimuti permasalahan yang ada. Dan hal itu tak perlu kita naifkan. Memang faktanya sekarang bangsa ini sedang dihadapkan pada permasalahan yang vital. Yaitu karakter anak-anak bangsa.
Beberapa hari yang lalu kita mendapat kabar tentang Perundungan yang masih sering terjadi. Kemudian guru yang tak lagi dihormati. Dan orang tua yang tidak lagi dihargai. Jangan berbicara kemajuan jika karakter anak bangsanya mirip seperti kaum yang ugal-ugalan. Berbuat sesuka mereka tanpa memikirkan kedepannya bagaimana.
Penanam sejak dini harus intens dilakukan. Mengembalikan tradisi lama yang berfilosofi tinggi bisa jadi alternatif. Sebagai bentuk upaya memperbaiki karakter. Hal itu dimulai dari lingkungan keluarga. Peran ayah dan ibu sangatlah penting dalam membentuk karakter anaknya. Apa yang diajarkan dan dicontohkan oleh orang tua nya pasti akan membekas dalam benak si anak. Bahkan sampai si anak itu tumbuh dewasa rasa-rasanya hal tersebut juga akan membekas pada diri si anak.
Sudah banyak orang tau bahwa negara ini di bangun atas azas persatuan dan persaudaraan. Beradasarkan hal itulah kita harus selalu menjaga persatuan dan persaudaraan antar sesama manusia. Terlebih kita adalah saudara sebangsa dan setanah air.
Penanaman pehaman tentang berdemokrasi menjadi sorotan yang harus dioptimalkan. Bagaimana tidak? Akhir-akhir ini kita di landa krisis demokrasi. Kritik-kritik yang di bangun tidak lagi mengedepankan persaudaraan. Tetapi malah sebaliknya, lebih mengedepankan ego dan kepentingan masing-masing. Oleh karenanya, penanaman demokrasi itu penting untuk hidup bersosial dan bernegara.
Di awal tadi penulis menyampaikan bahwa bangsa ini memiliki segudang permasalahan. Salah satu permasalahan nya adalah masyarakat saat ini gampang terprovokasi. Provokasi itu lahir dan muncul tanpa sebab yang jelas. Tentu saja tujuan nya adalah menghancurkan persastuan dan persaudaraan. Saling sindir satu dengan yang lain sudah menjadi hal yang biasa untuk saat ini. Memang bagi orang dewasa hal ini tidak berdampak besar. Tapi bagi generasi berikutnya hal ini sangatlah berarti dan bermakna .
Mereka akan merekam semua kejadian yang terjadi dan mencatat semua cara menyelesaikan masalah tersebut. Apabila cara yang diajarkan atau dipraktikan itu baik maka itu tidak jadi masalah. Namun jika cara yang dicontohkan malah membuat masalah yang baru lagi, maka hal itulah yang berbahaya.
Dalam tiap putusan yang diambil oleh pihak otoritas pasti akan menimbulkan gejolak pro dan kontra. Kita jangan bicarakan negara yang ruang lingkup nya sangat luas. Coba kita bicarakan lingkup keluarga. Terkadang seorang ayah akan memberikan sebuah peraturan tertentu kepada semua anggota keluarga nya. Tapi pasti ada saja pihak yang tidak setuju atau bahkan menolak peraturan tersebut. Anggaplah ada anak yang di beri aturan untuk memperbaiki mainannya sendiri yang rusak. Pasti pihak si anak akan beranggapan bahwa ayahnya tidak sayang dengan dia. Tetapi lain halnya dengan anggapan ayahnya. Ayahnya melakukan hal tersebut demi kebaikan anaknya. Agar anaknya bisa menjadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab.
Ya gambaran tersebut sebenarnya mirip dengan kehidupan yang sedang kita jalani ini. Pemerintah pusat memberikan aturan seperti ini, kemudian karena ini adalah perintah dari pemimpin mau tidak mau, suka tidak suka harus dilakukan. Hal tersebut dilakukan oleh pemerintah, bisa jadi punya tujuan yang baik (insha allah). Karena keterbatasan ilmu terkadang kita berlaku seenaknya. Hal itulah yang membedakan antara kaum terpelajar dengan kaum tak berpendidikan.
Dengan demikian, maka semua problematika yang akan kita hadapi bisa diselesaikan dengan baik. Tanpa ada pertumpahan darah lagi. Pemangku otoritas memang punya kuasa dan hak nya sendiri. Tapi hal yang perlu diingat ialah jangan gegabah dalam berucap, bertindak, dan bertingkah laku. Karena apa yang kita pikirkan baik, belum tentu baik di mata orang lain.
Minggu, 23 Februari 2020
Minggu, 16 Februari 2020
Anggap Seperti Bayi
Hangatnya mentari pagi terasa nikmat bila ditemani secangkir kopi. Sensasi yang asyik ini di tambah dengan alunan musik menyempurnakan pagi yang indah. Duduk di depan teras sambil sesekali menyapa orang-orang yang lewat menambah kesan indahnya pagi bagi penikmat kopi. Ku arahkan jariku untuk mengganti musik dengan ceramah seorang kyai yang nyeleneh namun isi ceramahnya berbobot dan bermakna. Dalam ceremah tersebut, beliau mengatakan bahwa kita sebagai manusia terkadang perlu memperlakukan orang lain layaknya seorang bayi. Ya perlakuan yang sama saat kita sedang bersenda gurau dengan seorang bayi. Sambil menganggukkan kepala aku pun mulai paham yang disampaikan kyai tersebut.
Jauh lebih dalam, makna itu begitu berkesan. Mengapa berkesan, karena apa yang disampaikan jarang sekali kita lakukan atau bahkan belum pernah kita lakukan. Sebagai orang yang lebih tua, kadang kita akan memperlakukan bayi dengan perlakuan khusus. Dan sudah pasti berbeda dari yang lain. Perlakuan itu misal seperti mengubah kata-kata menjadi lebih lucu, berjoget dengan tujuan menghibur si bayi, bernyanyi, dan akan tersenyum ketika si bayi melakukan kesalahan. Komunikasi yang terjalin semakin erat tanpa ada dendam sedikit pun.
Pada penjelasan tersebut, terdapat poin yang seharusnya kita aplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. poin itu adalah akan tersenyum ketika si bayi melakukan kesalahan. Kalimat sederhana namun punya makna yang mendalam. Coba kita renungkkan bersama. Ketika kita bercanda dengan seorang bayi ada perasaan senang ketika berhasil menghibur si bayi. Ada keceriaan tersendiri melihat si bayi tersenyum karena tindakan kita yang dianggap lucu oleh si bayi. Lalu, biasanya kita akan mencoba menggendongnya. Dan kembali berusaha menghibur si bayi. Tapi apa yang terjadi, kadang saat kita menggendongnya tak jarang si bayi akan pipis dipangkuan kita. Atau jika si bayi sudah bisa memegang sesuatu kemudian benda tersebut dilemparkan kearah kita, kenyataan yang dirasakan ya pasti jijik dan sakit. Tapi apa yang kita lakukan, kita malah tertawa dan tersenyum. Bahkan malah memuji si bayi, "Duh bayi pinter, tahu aja kalau ibu belum mandi". "Masya Allah dede bayinya hebat banget sih, udah bisa ngajak ayah main".Ya itulah sedikit gambaran saat kita sedang bersenda gurau dengan seorang bayi.
Dari gambaran tersebut, ada pelajaran yang perlu kita ambil dan cerna dengan baik. Bagaimana bisa kita tetap ceria ketika si bayi melakukan kesalahan?. Bahkan kita juga tidak punya dendam dengan si bayi. Jawabannya satu, yaitu tidak adanya kebencian. Ya rasanya itulah hal yang membuat kita selalu senang dan bahagia ketika bercanda dengan bayi. Tidak adanya kebencian membuat kita betah bermain dengan si bayi. Rasanya hati adem dan senang.
Cobalah perlakuan itu kita lakukan kepada semua orang. Baik orang yang suka dengan kita ataupun orang yang tidak senang dengan kita. Buanglah kebencian dari dalam hati. Dan berusahalah untuk tetap tersenyum dan berlaku baik meskipun ada segelinti orang yang sering menyakiti diri kita. Kebencian adalah pangkal dari permasalaha hidup bersosial. Semua kegaduhan dalam lingkup sosial disebabkan oleh rasa benci yang tak kunjung hilang. Bahkan rasa benci itu bisa berlanjut antar generasi. Kadang yang membuat hal tersebut lebih aneh adalah kebencian yang terjadi disebabkan oleh hal sepele atau bahkan tidak jelas pangkal permasalahannya. Kejadian-kejadian seperti ini faktanya masih sering terjadi di sekitar kita.
Perlakuan kita terhadap semua orang anggaplah seperti bayi. Maksudnya adalah berusaha berbuat baik kepada semua orang dan tetap tersenyum jika ada orang lain yang menyakiti perasaan kita. Buanglah dendam, pupuklah persaudaraan. Layaknya seorang bayi, orang yang berbuat salah kepada kita hendaknya kita doakan yang terbaik. Semoga saja orang tersebut dapat berubah menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Kebencian tidak akan pernah menyelesaikan sebuah masalah. Menyimpan kebencian itu artinya sama dengan menyimpan permusuhan. Orang yang sudah benci akan tetap benci meskipun orang yang dibencinya sudah berlaku baik kepada dirinya. Hal inilah yang menyebabkan banyak permusuhan antar saudara.
Buang rasa benci dengan cara banyak mengenal karakter orang. Tiap orang punya pandangan yang berbeda dengan kita. Tak usah paksakan sesuatu yang tidak dapat kita lakukan. Dan jangan memaksa orang untuk melakukan apa yang kita lakukan. Saling memahami dan menghargai adalah kunci dari eratnya persaudaraan. Jangan sampai ada pertumpahan darah diantara kita. Perbedaan adalah sebuah keniscyaan yang patut kita syukuri. Sedangkan permusuhan dan kebencian adalah sebuah nestapa yang harus kita buang jauh-jauh dari kehidupan kita. Belajarlah dari hal yang sederhana dan mulailah kebaikan dari hal yang paling kecil yaitu tersenyum. Oleh karena itu tetaplah tersenyum kepada siapapun.
Sekian...
Terima kasih.
Minggu, 09 Februari 2020
Kebutuhan di Atas Keinginan
Pada waktu tertentu kita pasti dihadapkan pada sebuah kedilemaan. Tentang sesuatu yang rasanya sulit untik di pilih. Banyak petimbangan yang harus diputuskan sesegera mungkin. Karena memang batas waktu yang singkat sehingga tidak memungkinkan lagi untuk berpikir lama. Pikiran kita dituntut untuk berpikir kritis, menimbang semua aspek agar tak menimbulkan penyesalan dikemudian hari. Meski pada akhirnya terkadang logika dan nurani kita kalah dengan hawa nafsu yang terus menyala.
Rasa ingin selalu disebabkan oleh hawa nafsu. Dorongan dari dalam diri meminta manusia untuk mengutamakan apa yang diinginkan. Bukan meminta untuk mempriotaskan kebutuhan. Padahal secara riil, kebutuhan jauh lebih penting daripada keinginan. Ya tapi mau bagaimana lagi, pertempuran batin selalu dimenangkan nafsu. Sedangkan logika selalu terbelakang dan kalah. Barulah, ketika sadar kita mengetahui keinginan hanya membuai kita diawal dan selalu menutup nurani dan logika kala itu.
Jika kita bebicara tentang diri sendiri rasanya sulit untuk jujur. Kadang kita sering membohongi diri sendiri. Misal ketika kita memiliki uang yang pas-pasan. Bersamaan dengan itu, kuota habis dan perut sedang lapar. Tubuh sudah memberi kode bahwa perut perlu asupan. Namun, nafsu membawa kita untuk membeli kuota ketimbang makanan. Nah, barulah ketika maag datang kita menyesal mengapa waktu itu tidak membeli makanan saja ya. Ya itulah kita, sering sadar ketika sudah terjadi sesuatu yang menyakitkan.
Nafsu yang ada, sebenarnya memiliki peran yang penting. Peran yang terus mendorong manusianya untuk terus berusaha mendapatkan sesuatu. Hal itu akan sangat baik apabila kita mengarahkannya kearah yang positif. Namun, jika kita membawanya kearah yang negatif maka itu akan jadi malapetaka yang menyakitkan.
Banyak kasus remaja yang hamil di luar nikah disebabkan oleh nafsu yang tidak baik. Nafsu yang hanya memikirkan kebahagian sesaat tanpa memikirkan hal apa yang akan terjadi kedepannya. Dorong-dorongan yang ada, itu hanya keinginan yang sesat. Banyak remaja yang berdalih hal itu terjadi karena ada bisikan setan. Alasan yang sangat tidak logis.
Padahal jika kita berpikir lebih dalam. Cobalah bertanya pada diri sendiri, Apa yang akan terjadi kalau saya melakukan itu?, bagaimana keluarga saya?, dan bagaimana masa depan saya?. Ya pertanyaan-pertanyaan seperti itu setidakanya membuat kita berpikir dua kali sebelum bertindak.
Kebutuhan haruslah menjadi prioritas kita. Dimana pun dan kapan pun. Mengalahlah sedikit, jangan kalah dengan keinginan. Keinginan jika terus diupayakan tidak akan ada habisnya. Hari ini udah beli sepeda, besok mau beli motor. Besok udah beli motor, lusa mau beli mobil. Dan begitulah seterusnya. Terus bertambah dan terus bertambah.
Lain hal nya jika kita mengutamakan kebutuhan. Aku butuh motor untuk sekolah/bekerja. Jika sudah berkomitmen maka godaan sebesar apapun akan mampu dilewati. Mau ada mobil mewah semewah apapun kalau hanya butuh motor ya gak akan tergoda. (Hal ini tidak bermaksud mendiskriminasikan siapa pun. Ini hanya ilustrasi saja). Menandakan, jika kita fokus hanya pada apa yang dibutuhkan maka hidup kita akan tercukupi.
Agama pun pernah menyampaikan " Bahwa Tuhan telah mencukupkan apa yang kita butuhkan untuk hidup, namun yang membuat hidup ini berat adalah banyaknya keinginan dari dalam diri kita sendiri". Oleh karena itu, orientasi hidup adalah tentang bagaimana kita mampu memprioritaskan apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan. Keinginan tidak akan ada habisnya, ia akan terus bertambah dan bertambah dari waktu ke waktu. Jagalah keinginan(nafsu) dengan terus bersyukur dan rendahkanlah hati kepada siapa pun.
sekian...
Terima kasih.
Rasa ingin selalu disebabkan oleh hawa nafsu. Dorongan dari dalam diri meminta manusia untuk mengutamakan apa yang diinginkan. Bukan meminta untuk mempriotaskan kebutuhan. Padahal secara riil, kebutuhan jauh lebih penting daripada keinginan. Ya tapi mau bagaimana lagi, pertempuran batin selalu dimenangkan nafsu. Sedangkan logika selalu terbelakang dan kalah. Barulah, ketika sadar kita mengetahui keinginan hanya membuai kita diawal dan selalu menutup nurani dan logika kala itu.
Jika kita bebicara tentang diri sendiri rasanya sulit untuk jujur. Kadang kita sering membohongi diri sendiri. Misal ketika kita memiliki uang yang pas-pasan. Bersamaan dengan itu, kuota habis dan perut sedang lapar. Tubuh sudah memberi kode bahwa perut perlu asupan. Namun, nafsu membawa kita untuk membeli kuota ketimbang makanan. Nah, barulah ketika maag datang kita menyesal mengapa waktu itu tidak membeli makanan saja ya. Ya itulah kita, sering sadar ketika sudah terjadi sesuatu yang menyakitkan.
Nafsu yang ada, sebenarnya memiliki peran yang penting. Peran yang terus mendorong manusianya untuk terus berusaha mendapatkan sesuatu. Hal itu akan sangat baik apabila kita mengarahkannya kearah yang positif. Namun, jika kita membawanya kearah yang negatif maka itu akan jadi malapetaka yang menyakitkan.
Banyak kasus remaja yang hamil di luar nikah disebabkan oleh nafsu yang tidak baik. Nafsu yang hanya memikirkan kebahagian sesaat tanpa memikirkan hal apa yang akan terjadi kedepannya. Dorong-dorongan yang ada, itu hanya keinginan yang sesat. Banyak remaja yang berdalih hal itu terjadi karena ada bisikan setan. Alasan yang sangat tidak logis.
Padahal jika kita berpikir lebih dalam. Cobalah bertanya pada diri sendiri, Apa yang akan terjadi kalau saya melakukan itu?, bagaimana keluarga saya?, dan bagaimana masa depan saya?. Ya pertanyaan-pertanyaan seperti itu setidakanya membuat kita berpikir dua kali sebelum bertindak.
Kebutuhan haruslah menjadi prioritas kita. Dimana pun dan kapan pun. Mengalahlah sedikit, jangan kalah dengan keinginan. Keinginan jika terus diupayakan tidak akan ada habisnya. Hari ini udah beli sepeda, besok mau beli motor. Besok udah beli motor, lusa mau beli mobil. Dan begitulah seterusnya. Terus bertambah dan terus bertambah.
Lain hal nya jika kita mengutamakan kebutuhan. Aku butuh motor untuk sekolah/bekerja. Jika sudah berkomitmen maka godaan sebesar apapun akan mampu dilewati. Mau ada mobil mewah semewah apapun kalau hanya butuh motor ya gak akan tergoda. (Hal ini tidak bermaksud mendiskriminasikan siapa pun. Ini hanya ilustrasi saja). Menandakan, jika kita fokus hanya pada apa yang dibutuhkan maka hidup kita akan tercukupi.
Agama pun pernah menyampaikan " Bahwa Tuhan telah mencukupkan apa yang kita butuhkan untuk hidup, namun yang membuat hidup ini berat adalah banyaknya keinginan dari dalam diri kita sendiri". Oleh karena itu, orientasi hidup adalah tentang bagaimana kita mampu memprioritaskan apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan. Keinginan tidak akan ada habisnya, ia akan terus bertambah dan bertambah dari waktu ke waktu. Jagalah keinginan(nafsu) dengan terus bersyukur dan rendahkanlah hati kepada siapa pun.
sekian...
Terima kasih.
Minggu, 02 Februari 2020
Cuma Rencana
Pada setiap perjalanan hidup, kita selalu dihadapkan pada sebuah pilihan. Pilihan untuk memilih dan pilihan untuk tidak memilih. Penentu pilihan adalah diri kita sendiri. Meski terkadang ada tedensi dari faktor eksternal, yang dapat memengaruhi diri untuk memilih sesuatu.
Di setiap pilihan, pasti kita sudah memikirkannya matang-matang. Biasanya juga disertai dengan berbagai macam rencana. Rencana yang sengaja disusun guna mempermudah kita dalam menyelesaikan masalah hidup. Masalah yang akan terjadi dari pilihan yang kita pilih sebelumnya.
Hal tersebut perlu dilakukan sebagai upaya membentengi diri dari situasi -situasi yang tidak diinginkan . Sebagian dari kita mungkin akan berpikir "ah cuma rencana ". "lebay amat pakai rencana segala ". Ya kondisi-kondisi seperti ini pada faktanya masih sering terjadi. Di sekeliling kita ternyata masih banyak orang yang menyepelekan sebuah rencana.
Dalam lingkup yang lebih luas, bangsa Indonesia sendiri, pada mulanya terbentuk dari sebuah rencana. Rencana untuk bebas dari penindasan dan rencana untuk meraih kemerdekaan. Berkat rencana itulah, sampai saat ini bumi pertiwi mampu berdiri sendiri.
Meski cuma rencana, hal tersebut tidak dapat kita sepelekan. Ada hal-hal kecil dalam hidup yang perlu kita pahami. Nah untuk memahami hal tersebut kita memerlukan sebuah rencana.
Gambaran sederhana dari sebuah rencana adalah saat banyak dari kita melakukan perjalanan mudik. Sebelum berangkat, pasti kita akan mempersiapkan semua nya dengan sangat detail. Bahkan hal yang bukan menjadi faktor penting juga masuk dalam rencana persiapan. Ya ada kekhawatiran tentang hal-hal yang tidak diinginkan. Maka dari itu persiapan matang sangat dibutuhkan.
Dari contoh tersebut, bisa kita jadikan betapa pentingnya sebuah rencana. Walau terkadang rencana tersebut berlabel "cuma rencana" .
"cuma rencana ". Tapi jika sudah terealisasikan hasil nya akan sangat luar biasa. Rencana harus disertai dengan tindakan nyata, bukan banyak kata. "Berawal dari sebuah rencana , maka mimpi-mimpi besar akan dapat kita raih".
(Insha Allah)
Sekian...
Terima kasih.
Langganan:
Postingan (Atom)